Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pergerakan rupiah pada perdagangan di pasar spot hari ini, Rabu (26/6/2024), kemungkinan akan terbatas dengan potensi pelemahan lagi, setelah kemarin ditutup hanya menguat tipis di Rp16.375/US$ di kala animo investor surat utang kembali bangkit di pasar domestik.

Sentimen pasar global terpantau gamang pasca pernyataan hawkish salah satu pejabat Federal Reserve (The Fed) yang menilai risiko inflasi di Amerika Serikat (AS) masih tinggi sehingga menurunkan bunga acuan terlalu cepat malah akan memicu kebutuhan kenaikan bunga lebih lanjut ke depan. 

"Mengurangi policy rate terlalu cepat bisa memicu lonjakan inflasi lagi, yang membutuhkan kenaikan bunga acuan lebih lanjut di masa depan untuk mengembalikan inflasi ke target 2% dalam jangka panjang," kata Gubernur The Fed Michelle Bowman, seperti dilansir dari Bloomberg News.

Pejabat The Fed lainnya yaitu Gubernur The Fed Lisa Cook dalam forum yang berbeda menyatakan, akan menjadi hal yang tepat untuk mengurangi tingkat bunga pada satu waktu akan tetapi kapan persisnya itu dilakukan masih bergantung pada data ekonomi dan keseimbangan risiko.

Berbagai pernyataan itu menaikkan lagi pamor dolar AS yang pagi ini bergerak naik ke 105,66 setelah ditutup menguat tadi malam. Yield Treasury, surat utang AS, juga bergerak naik walau tipis. Amerika juga melaporkan tingkat keyakinan konsumen yang melemah akibat kondisi pasar tenaga kerja yang mulai suram.

Di pasar swap, ekspektasi penurunan bunga The Fed sebesar 25 bps pada September turun tipis jadi 59,3% pagi ini, dari tadinya hampir 62%. Begitu juga potensi penurunan kedua sebesar 25 bps pada Desember, juga turun tipis jadi 43,9%.

Kesemua lanskap itu kemungkinan akan membatasi peluang penguatan rupiah hari ini. Sinyal dari pasar offshore memperlihatkan, rupiah forward kembali tertekan ke rentang Rp16.412-Rp16.420/US$ pada pukul 07:10 WIB.

Sementara di pasar Asia pagi ini, beberapa valuta terlihat dibuka melemah seperti won Korea yang melemah 0,33% di awal perdagangan, begitu juga baht Thailand yang tergerus 0,05%. Pergerakan itu menyiratkan irama yang mungkin akan diikuti oleh rupiah hari ini.

Secara teknikal nilai rupiah juga menunjukkan potensi pelemahan dengan koreksi terbatas di antara area Rp16.380-Rp16.400/US$, dengan support terkuat di Rp16.450/US$.

Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp16.350/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat menguat ke level Rp16.300/US$.

Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp16.380/US$, maka masih potensi pelemahan masih terbuka. Sebaliknya, bila terjadi penguatan hingga di bawah Rp16.300/US$ dalam tren jangka menengah, maka nilai rupiah berpotensi terus menguat hingga menuju Rp16.220/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 26 Juni 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Sinyal bullish surat utang

Lelang pasar Surat Utang Negara (SUN) yang digelar oleh pemerintah kemarin mencatat animo yang tinggi dari pelaku pasar. Incoming bids naik lebih dari 30% dibanding lelang sebelumnya, mencapai Rp56,38 triliun.

Ini menandai kembalinya minat berinvestasi pemilik modal di pasar surat utang domestik pasca kekhawatiran terhadap prospek fiskal mereda.

Analis memperkirakan, momentum lelang ini menjadi sinyal dimulainya momentum bullish pasar surat utang yang akan mendapatkan konfirmasi lebih lanjut bila data inflasi PCE Amerika pada Jumat nanti menggembirakan pasar.

Bila konsensus pasar yang memperkirakan inflasi PCE inti melemah ke 0,1% secara bulanan dan 2,6% secara tahunan terwujud, maka pasar akan semakin optimistis dengan ekspektasi penurunan bunga acuan The Fed tahun ini.

"Bila data inflasi PCE sesuai perkiraan, kami memprediksi INDOGB tenor panjang dan menengah akan mencatat bullish minggu depan," kata tim Fixed Income research Mega Capital Sekuritas.

(rui)

No more pages