Untuk diketahui, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2024, SRIL melaporkan penjualan konsolidasi senilai US$325 juta dan rugi bersih sebesar US$174,8 juta pada 2023.
Terlebih, penjualan mengalami penurunan sebesar 38% dibandingkan dengan 2022, sedangkan rugi bersih diklaim mengalami perbaikan cukup signifikan sebesar 44% dibandingkan dengaan rugi bersih 2022 yang tercatat sebesar US$395,6 juta.
"Kami meyakini perseroan mampu meningkatkan kinerja keuangan secara bertahap pada tahun-tahun mendatang walaupun kondisi perekonomian masih akan mengalami banyak tantangan paling kurang sampai 2025. Keyakinan kami tersebut didasarkan pada kinerja 2023 yang sudah mampu menekan kerugian jika dari tahun sebelumnya," ungkap Direktur Keuangan dan Corporate Secretary Sritex, Welly Salam.
Sekadar informasi, Sritex sendiri merupakan sebuah perusahaan tekstil yang berkantor pusat di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Perusahaan bermula dari usaha perdagangan tekstil yang didirikan oleh HM Lukminto pada 1966 di Pasar Klewer, Solo dengan nama UD Sri Redjeki. Dua tahun setelahnya atau pada 1968, UD Sri Rejeki mendirikan sebuah pabrik di Joyosuran, Solo untuk memproduksi kain mentah dan bahan putihan.
Pada 1978, nama dan badan usaha UD Sri Redjeki diubah menjadi PT Sri Rejeki Isman yang terdaftar dalam Kementrian Perdagangan sebagai perseroan terbatas. PT Sri Rejeki Isman mengembangkan usaha dengan mendirikan pabrik penenunan pertamanya pada 1982.
Perusahaan ini pada 1984 dipercaya untuk memproduksi seragam militer pasukan militer NATO dan militer Jerman. Pada 1992, Sritex memperluas pabriknya, sehingga dapat menampung empat lini produksi sekaligus, yakni pemintalan, penenunan, penyelesaian, dan garmen.
(prc/wdh)