“Itu tidak mudah sama sekali. Tentunya kolaborasi antara kebijakan dan harus berada dalam lingkungan incentive mechanism dari bisnis yang sedang berkembang dan juga harus merespon tantangan dan inovasi yang dilakukan,” pungkas Febrio.
Sebelumnya, Febrio menyampaikan bahwa kondisi ketidakpastian global masih berisiko akhir-akhir ini. Tercermin dari mundurnya ekspektasi pasar atas penurunan suku bunga The Fed atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dari yang sebelumnya akan turun beberapa kali pada tahun ini, ekspektasinya menjadi hanya turun satu kali pada September nanti.
Namun, Febrio juga menilai ekspektasi penurunan Fed Fund Rate pada akhir tahun tersebut masih dikelilingi ketidakpastian. Sehingga pihaknya senantiasa melakukan tindakan antisipasi atas risiko yang dapat muncul dari ketidakpastian tersebut.
Febrio menyebut pihaknya telah mengantisipasi berbagai ketidakpastian tersebut saat menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025. Namun, ia tetap menegaskan bahwa pemerintahan baru juga perlu berkomitmen menjaga anggaran negara agar tetap sehat.
“Ini semuanya adalah antisipasi. Nah, kalau kita nyusun RAPBN kata kuncinya adalah antisipasi. Di samping kita sudah pegang bahwa disiplin fiskal harus dijaga, prudent dari kebijakan fiskalnya, bagaimana defisit di bawah 3%, bahkan tidak kalah pentingnya kalau kita sudah sepakat belanja negara itu di atas Rp 3.000 triliun,” ujarnya.
(azr/lav)