Logo Bloomberg Technoz

BASF Cabut dari Proyek Nikel Rp42 T, Gegara Tak Yakin dengan RI?

Dovana Hasiana
25 June 2024 11:50

BASF, perusahaan Pengolah Bahan-bahan Kimia, termasuk untuk komponen mobil listrik. (Dok: Bloomberg)
BASF, perusahaan Pengolah Bahan-bahan Kimia, termasuk untuk komponen mobil listrik. (Dok: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta Pakar energi Universitas Indonesia (UI) Iwa Garniwa mencurigai rencana hengkangnya BASF SE dalam proyek bersama Eramet SA untuk membangun pabrik pemurnian atau smelter nikel-kobalt di Indonesia terjadi karena beberapa hal, salah satunya ketidakpercayaan terhadap Indonesia.

Iwa, yang juga Rektor Institut Teknologi PLN itu mengatakan, terdapat potensi BASF SE hengkang karena ketidakpercayaan terhadap Indonesia, termasuk soal kepastian hukum.

Dengan demikian, BASF SE memilih hengkang dari proyek bernama Sonic Bay, yang merupakan smelter nikel/kobalt berbasis high pressure acid leach (HPAL).

Smelter tersebut bakal menghasilkan bahan baku baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) berupa mixed hydroxide precipitates (MHP) dan dibangun di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara.

“Memang disayangkan BASF ini berencana mundur, padahal Indonesia cukup masif meningkatkan EV yang mana baterai sangat penting dan menjadi fondasi pengembangan EV,” ujar Iwa, Selasa (25/6/2024). 

Smelter nikel./Bloomberg- Cole Burston