Logo Bloomberg Technoz

Dalam sidang kabinet tersebut, dibahas berbagai dinamika perekonomian global dan domestik yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Yakni, risiko geopolitik, era suku bunga tinggi, hingga capaian perekonomian RI hingga akhir Juni ini.

Selain itu, terdapat usulan mengenai berlanjutnya kebijakan restrukturisasi kredit terdampak Covid-19, yang seharusnya berakhir pada Mei 2024 namun diusulkan lanjut hingga tahun depan.

“Nah tadi ada arahan Bapak Presiden bahwa kredit restrukturisasi akibat daripada COVID-19 itu yang seharusnya jatuh tempo pada bulan Maret 2024 ini diusulkan ke OJK nanti melalui KSSK dan Gubernur BI untuk mundur sampai dengan 2025,” ujarnya.

Airlangga juga menyampaikan bahwa Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo melaporkan penerbitan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada sidang kabinet tersebut.

Selain itu, kata Airlangga, Perry juga menyampaikan komitmen dari pihaknya untuk mensinkronisasi penerbitan Surat Berharga Berharga Negara (SBN) dengan surat utang yang diterbitkan BI.

Sebagai informasi, Jokowi meminta para pembantu presiden, baik menteri maupun kepala lembaga negara, untuk mencermati kondisi ekonomi global dan nasional, di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini.

Menurut Jokowi, stabilitas politik, stabilitas mata uang, dan peningkatan produktivitas itu merupakan tiga hal yang penting yang perlu diperhatikan.

"Saya ingin mengingatkan semua kementerian/lembaga agar betul-betul mencermati kondisi-kondisi global, kondisi ekonomi nasional," ujar Jokowi dalam Pengantar Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Senin (24/6/2024).

Kepala Negara menjelaskan dunia sedang berada dalam ketidakpastian yang tinggi, di tengah ekonomi global yang semakin sulit dan tak menentu. Selain itu, eskalasi geopolitik juga meningkat, terutama di Timur Tengah.

Tak hanya itu, inflasi dunia juga meningkat, sementara depresiasi nilai tukar terus menekan ekonomi semua negara. Kendati demikian, Jokowi mengaku bersyukur dengan peringkat daya saing Indonesia yang diterbitkan IMD World Competitiveness Ranking naik ke rangking 27 pada tahun ini, dibanding semula 34 tahun lalu.

"Saya senang ini mengalahkan Inggris yang berada di rangking 28, Malaysia di rangking 34, Jepang rangking 38, Filipina di rangking 52, dan Turki 53. Dari sini kita tahun di mana posisi kita berada," kata Jokowi.

(azr/lav)

No more pages