Logo Bloomberg Technoz

Pelemahan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS) membantu mengerek harga emas. Kemarin, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) melemah 0,3% ke 105,51.

Emas dan dolar AS memang punya hubungan yang berbanding terbalik. Saat dolar AS lesu, biasanya harga emas malah naik.

Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika dolar AS terdepresiasi, emas jadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas akan naik, harga pun mengikuti.

Investor kini menanti petunjuk baru soal arah suku bunga acuan bank sentral Federal Reserve. Pekan ini, akan dirilis data Personal Consumption Expenditure (PCE) yang merupakan indikator inflasi preferensi The Fed.

Selain itu, pekan ini juga akan ada beberapa pejabat The Fed yang memberikan pidato di berbagai acara. Di antaranya adalah Gubernur The Fed San Francisco Mary Daly Anggota Dewan Gubernur Lisa Cook, dan Anggota Dewan Gubernur Michelle ‘Miki’ Bowman.

Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25% pada September mencapai 61,1%. Emas juga akan diuntungkan saat suku bunga turun, karena statusnya sebagai aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset).

“Kami meyakini harga emas bisa menyentuh US$ 3.000/troy ons dalam 12-18 bulan mendatang, meski arus modal yang masuk belum menjustifikasi hal tersebut. Untuk mencapainya, dibutuhkan permintaan non-komersial untuk mengangkat harga emas dari level saat ini,” sebut riset BofA.

(aji)

No more pages