Logo Bloomberg Technoz

Dengan demikian, investasi BASF dan Eramet dinilai sebagai momentum untuk menganulir cara berpikir yang mengatakan seolah-olah pengelolaan tambang di Indonesia tidak memperhatikan kaidah dan standar internasional.

“Sesuai dengan arahan Presiden Jokowi bahwa Indonesia sangat terbuka untuk investasi dan kerja sama, di antaranya dalam hilirisasi industri dan ekonomi hijau,” ujar Bahlil.

Selain itu, rencana investasi ini merupakan tindak lanjut karena BASF telah menyampaikan minatnya memproduksi MHP menjadi prekursor baterai listrik, dengan kapasitas produksi sebesar 67.000 ton nikel/tahun dan 7.500 ton kobalt/tahun.

Produk turunan nikel, mixed hydroxide precipitate (MHP), produksi Harita Nickel./Bloomberg-Dimas Ardian

BASF merupakan perusahaan multinasional asal Jerman dan produsen kimia terbesar di dunia yang saat ini bekerja sama dengan perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet, di bidang industri smelter pemurnian hidrometalurgi nikel dan kobalt yang menghasilkan produk bahan baku baterai kendaraan listrik.

Keputusan BASF akan membalikkan investasi yang telah dialokasikan di Tanah Air, seiring dengan melambatnya pertumbuhan penjualan kendaraan listrik.

Ketersediaan nikel berkualitas baterai secara global telah meningkat sejak proyek ini dimulai, BASF mengatakan pada Senin (24/6/2024) dalam sebuah pernyataan resmi. Perusahaan tidak lagi melihat perlunya investasi sebesar itu, katanya.

Prospek kendaraan listrik telah meredup pada tahun lalu, dengan BloombergNEF memangkas perkiraan penjualan baterai-listrik sebesar 6,7 juta unit hingga 2026.

Perlambatan ini terutama terlihat di Jerman, pasar dalam negeri BASF, dan Amerika Serikat. Perusahaan termasuk Volkswagen AG, Stellantis NV dan Mercedes-Benz juga telah mengurangi atau mengalihkan proyek baterai.

Indonesia padahal bertujuan untuk menjadi pusat global dalam rantai pasokan kendaraan listrik dan telah menjadi tuan rumah bagi sejumlah proyek – banyak di antaranya didukung oleh China – untuk memproduksi nikel tingkat baterai.

China telah memberikan insentif yang kemungkinan berjumlah puluhan miliar dolar dan kini dapat memproduksi baterai jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan, sehingga menurunkan harga baterai, menurut BNEF.

(dov/wdh)

No more pages