Logo Bloomberg Technoz

Tips Bijak Menggunakan Paylater dari Perencana Keuangan


Ilustrasi Generasi Muda Pengguna PayLater (Bloomberg Technoz)
Ilustrasi Generasi Muda Pengguna PayLater (Bloomberg Technoz)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemain paylater di Indonesia kini semakin menjamur. Riset Populix pada tahun 2023 bertajuk "Unveiling Indonesia’s Financial Evolution: Fintech Lending and Paylater Adoption", yang dihimpun dari 1017 responden, menunjukkan bahwa 55% responden pernah menggunakan layanan pembayaran paylater.

Riset tersebut juga menunjukkan layanan paylater yang paling sering digunakan. Layanan tersebut yakni SPayLater (77%), GoPayLater (28%), Akulaku (18%), Kredivo (14%), dan Traveloka PayLater (9%), Indodana (6%), Home Credit (3%), dan Atome (2%). Faktor pemilihan layanan paylater ini didasari oleh integrasi dengan e-commerce, kemudahan registrasi, dan bunga yang relatif rendah.

Tidak hanya pemain lama seperti GoPayLater, SPayLater, Kredivo, Traveloka PayLater, kini banyak pemain baru dari industri perbankan yang juga mulai merambah bisnis paylater. Sebut saja BCA, Mandiri, serta BTN, telah memiliki layanan paylater-nya sendiri. Kehadiran berbagai pilihan ini menawarkan kemudahan bagi konsumen dalam penggunaan fasilitas buy now pay later (BNPL).

Namun, maraknya penggunaan fasilitas buy now pay later ini nyatanya juga diiringi dengan tingginya masalah gagal bayar. Berdasarkan data OJK sampai akhir Maret lalu, nilai pinjaman online termasuk paylater bermasalah mencapai Rp6,18 triliun. Nilai ini terdiri atas pinjaman yang macet (menunggak lebih dari 90 hari) sebesar Rp1,84 triliun dan tidak lancar (menunggak pembayaran antara 30-90 hari) mencapai Rp4,35 triliun.

Hal ini tentunya menjadi perhatian bagi sejumlah pihak, salah satunya adalah perencana keuangan. Mereka menyoroti perilaku masyarakat yang kerap kali mengabaikan konsekuensi penggunaan pinjaman paylater.