Logo Bloomberg Technoz

Akan tetapi, Redma juga turut menyampaikan kekhawatirannya bahwa investasi pabrik tekstil yang akan dilakukan oleh Negara Panda ini merupakan bagian dari strategi besar negara tersebut

"Kita tunggu saja, apakah investasi akan terjadi setelah industri lokal kita kolaps karena gempuran barang dari China? Ini kan seperti serangan terstruktur, setelah industri kita hancur, investasi mereka datang untuk menguasai pasar," jelasnya. 

Aktivitas di Sebuah Pabrik Garmen di Guangzhou (Sumber: Bloomberg)

Bagaimanapun, secara umum, dia menyambut baik kabar tersebut, karena menurutnya hal ini akan dapat membuka kesempatan lapangan kerja, sembari turut menggerakkan roda perekonomian dalam negeri.

"Kami berharap investasi baru ini juga mempunyai [atau] bisa memperkuat integrasi rantai nilai hingga bangsa kita bisa lebih mendapat manfaat dari nilai tambah yang dihasilkan," kata Redma.

Diberitakan sebelumnya, Luhut mengatakan terdapat satu perusahaan garmen asal China yang akan segera mengucurkan investasi pabrik tekstil di Indonesia. Dalam kaitan itu, Luhut mengusulkan agar industri tersebut melakukan investasi di Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Menurut Luhut, industri tersebut bakal melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking bila permasalahan tanah selesai.

Dengan demikian, Luhut berkomunikasi kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono untuk mengeluarkan status tanah kepada industri asal China tersebut. 

"[Agus mengatakan] bisa diselesaikan dalam sepekan, ya bulan depan kita akan lihat mulai konstruksi," ujar Luhut dalam agenda MINDialogue, Kamis (20/6/2024).

Selain itu, Luhut juga mengatakan industri tersebut memiliki keinginan untuk membangun di Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.

Industri tersebut bakal beroperasi di Indonesia, dan membuka lapangan kerja hingga 108.000 pekerja yang juga bakal mendapatkan fasilitas tempat tinggal di asrama. Luhut mengatakan pemerintah bakal responsif terhadap kendala yang dihadapi oleh industri yang mau melakukan investasi. 

"[Industri garmen China] bilang perlu air, kita cari mana tempat air di Sukoharjo, atau di Bengawan Solo atau di Jatiluhur," ujarnya.

Bila Indonesia memiliki keinginan agar ekonomi tumbuh dalam kisaran 6,5%—7%, kata Luhut, maka pemerintah harus mendorong investasi yang berorientasi pada ekspor.

Dengan demikian, pemerintah memberikan kemudahan industri garmen asal China tersebut lantaran berorientasi pada ekspor dan nilai ekspornya berpotensi mencapai US$18 miliar atau Rp295,65 triliun.

(prc/wdh)

No more pages