Logo Bloomberg Technoz

Subsidi Solar 2025 Dicap Berlebihan, Meski Pertamina ‘Boncos’

Dovana Hasiana
24 June 2024 10:55

Seorang petugas mengisi bahan bakar jerigen dengan solar di SPBU PT Pertamina di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan./Bolomberg-Dimas Ardian
Seorang petugas mengisi bahan bakar jerigen dengan solar di SPBU PT Pertamina di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan./Bolomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz, Jakarta Besaran subsidi Solar di rentang Rp1.000/liter hingga Rp3.000/liter dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 dinilai terlalu masih terlalu besar dan membebani anggaran negara.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan saat ini utilisasi kuota Solar saja masih belum tepat sasaran, sehingga menyebabkan realisasi penyaluran bahan bakar minyak (BBM) berbasis diesel itu lebih besar dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan.

“Menurut saya tidak perlu ditambah lagi [subsidinya], besaran subsidi terlalu besar kalau sampai Rp2.000/liter atau Rp3.000/liter,” ujar Tauhid kepada Bloomberg Technoz, dikutip Senin (24/6/2024).

Sekadar catatan, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menyusun prognosis kebutuhan Solar akan mencapai 17,88 juta kl atau 99,5% dari total alokasi tahun ini. 

Truk tangki bongkar muat BBM di SPBU Pertamina Rest Area Tol Tangerang - Jakarta KM 14, Senin (1/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Tiga Dampak