Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan postur APBN 2024 per akhir Mei. APBN sudah mencatat defisit, setelah bulan sebelumnya masih surplus.
Per akhir Mei, APBN 2024 membukukan defisit Rp 21,8 triliun atau 0,1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada April, APBN 2024 masih surplus Rp 75,7 triliun (0,33% PDB).
"Primary balance masih surplus, tetapi overall balance defisit Rp 21,8 triliun atau 0,1%. Ini masih on track dengan UU APBN 2024 dengan desain defisit 2,29% PDB," ungkap Sri Mulyani dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (24/6/2024).

Penerimaan negara per 31 Mei, lanjut Sri Mulyani, terkumpul Rp 1.123,5 triliun. Turun 7,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Penerimaan pajak kontraksi 8,4%, terutama karena perusahaan-perusahaan dengan penurunan harga komoditas seperti mining dan CPO mengalami koreksi kinerja," kata Sri Mulyani.
Adapun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terkumpul Rp 492 triliun selama 5 bulan pertama 2024. Turun 3,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"PNBP kita turun 3,3%, lagi-lagi karena sumber daya alam. Sementara kepabeanan dan cukai turun 7,8%," tuturnya.
Sementara di sisi belanja, sudah direalisasikan Rp 1.145,3 triliun. Melonjak 14% dibandingkan 5 bulan pertama 2023.
(aji)