Logo Bloomberg Technoz

Adapun untuk resistance selanjutnya pada level 7.000, dan apabila berhasil break dengan volume yang optimis, berpotensi menuju 7.050 sebagai target penguatan selanjutnya yang makin mendekati level MA-50 dan MA-100 nya.

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global dan dalam negeri. Pekan ini akan ada data dan agenda penting yang ditunggu-tunggu pelaku pasar, termasuk para pengambil keputusan Federal Reserve.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, prospek suku bunga acuan yang masih bersifat ‘Abu-abu’ dari Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed). Data pengukur inflasi Biaya Konsumen pilihan mungkin akan membantu, setelah data menunjukkan aktivitas jasa AS meningkat ke laju tercepat dalam lebih dari dua tahun.

Pekan lalu, S&P Global melaporkan angka pembacaan awal (Flash Reading) terhadap aktivitas ekonomi AS, baik manufaktur maupun jasa, yang dicerminkan dengan Purchasing Managers’ Index (PMI).

Pembacaan awal PMI sektor manufaktur AS pada Juni tercatat 51,7, lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 51,3. 

Sedangkan flash reading untuk PMI aktivitas jasa AS ada di 55,1. Juga lebih tinggi dibandingkan April yakni 54,8.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Skor di atas 50 mencerminkan aktivitas sedang berada di area ekspansi, bukan kontraksi. 

Data ini mengindikasikan ekonomi AS tetap solid. Artinya, permintaan akan tetap kuat sehingga membuat tekanan inflasi sulit mereda dalam waktu dekat.

Tren saham dan mata uang China. (Sumber: Bloomberg)

Dari regional Asia, investor aset terkemuka di China kembali melakukan aksi jual minggu lalu karena para pembuat kebijakan tidak menunjukkan urgensi untuk meluncurkan lebih banyak stimulus. Yuan melemah ke level terendah dalam tujuh bulan, menyeret indeks acuan Shanghai Composite Index turun di bawah level 3.000 pada Jumat kemarin untuk pertama kalinya sejak Maret.

Sementara itu, dari dalam negeri, pasar menantikan dengan cermat penjelasan dari Satuan Tugas Sinkronisasi Pemerintahan di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto terkait prospek kebijakan fiskal Indonesia ke depan pagi ini, Senin 24 Juni.

Dalam lansiran undangan yang diterima oleh Bloomberg Technoz, konferensi pers akan membahas tentang kondisi fundamental ekonomi terkini dan Rencana Anggaran dan Belanja Negara (APBN) 2025.

Konferensi pers tersebut akan menghadirkan tiga narasumber yaitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Anggota Bidang Keuangan Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Pemerintahan Thomas Djiwandono.

Harga komoditas juga menjadi perhatian pasar, harga minyak mentah melemah untuk sesi kedua, mempertimbangkan perkembangan geopolitik di Timur Tengah, dan prospek permintaan di musim panas.

Harga minyak Brent turun di bawah US$85 per barel setelah ditutup melemah 0,6% pada Jumat karena kontrak berjangka memasuki wilayah overbought. Harga West Texas Intermediate (WTI) berada di atas US$80. 

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,89% ke 6.879 dan disertai oleh munculnya peningkatan volume pembelian. 

“Selama masih mampu berada di atas 6.698 sebagai supportnya, maka posisi IHSG saat ini diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave 1 dari wave (3) pada label hitam,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (24/6/2024).

Herditya juga memberikan catatan, waspadai juga apabila IHSG kembali terkoreksi agresif dan menembus 6.639, maka IHSG akan menguji 6.450-6.562 pada label merah.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, BMRI, MAHA, MBMA, dan SIDO.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG berpotensi konsolidasi pada Senin (24/6). 

Secara teknikal IHSG membentuk upper shadow yang cukup panjang pada preclose perdagangan Jumat  (21/6). Hal ini menjadi indikasi adanya potensi tekanan jual yang cukup signifikan pada saat preclose serta mengindikasikan IHSG akan bergerak sideaways pada rentang 6.850-6.900 pada Senin (24/6).

“Sentimen domestik berasal dari keputusan BI untuk menahan sukubunga acuan di level 6,25%. Untuk mengembalikan stabilitas nilai tukar Rupiah, BI akan mengoptimalkan upaya intervensi menggunakan sejumlah instrumen moneter untuk menarik inflow kembali ke Indonesia,” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi ADRO, INCO, BBRI, EMTK, TLKM, dan SMRA.

(fad/wdh)

No more pages