Logo Bloomberg Technoz

Selain itu, konflik geopolitik saat ini dinilai lebih kondusif dibandingkan dengan beberapa waktu lalu, di mana hubungan Iran dan Israel memanas dan mengancam harga minyak mentah dunia terkerek hingga US$100/barel.

Sementara itu, Energy Information Administration (EIA), sebuah badan energi asal Amerika Serikat (AS), dalam laporan bertajuk Short-Term Energy Outlook meramal Brent bakal bertengger di level US$85/barel pada 2025.

“Meskipun terdapat ketegangan-ketegangan ini, volatilitas harga minyak mentah hampir sepanjang tahun ini dapat diredam dengan adanya cadangan kapasitas produksi minyak mentah yang signifikan,” sebagaimana dikutip melalui laporan EIA, Rabu (8/5/2024).

Di sisi lain, Zuhdi tidak menampik bahwa terdapat faktor seperti pemangkasan suku bunga global dan meningkatnya eskalasi konflik yang dapat mendorong harga minyak mentah dunia bisa bertahan di atas US$80/barel.

Walhasil, penetapan ICP pada RAPBN 2025 pada level US$80/barel hingga US$85/barel memberikan ruang pada pemerintah bila terjadi guncangan terbalik atau upside shock yang mendadak ke harga minyak.

“Penetapan ICP ini berpengaruh ke proyeksi pendapatan dan pengeluaran pemerintah contohnya pajak dan subsidi. Jadi kalau lebih tinggi dari realisasi pemerintah punya ruang pada budget dari sisi pengeluaran, tetapi capaian pajak dari sektor minyak dan gas [migas] bisa lebih rendah,” ujarnya.

Pergerakan harga minyak dunia sampai dengan 24 Juni 2024./dok. Bloomberg

Sekadar catatan, Brent untuk penyelesaian Agustus turun 0,5% menjadi US$84,83 per barel pada pukul 8:50 pagi ini di Singapura. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun 0,5% menjadi US$80,34 per barel.

(dov/wdh)

No more pages