Lima pejabat tersebut dipanggil ke Istana untuk membahas kondisi dinamika dan perekonomian terkini.
Namun, tekanan pada rupiah masih tak terjeda di mana pada Jumat lalu, rupiah menutup pekan di level terlemah sejak April 2020 di Rp16.450/US$ meski Bank Indonesia terpantau sudah mengintervensi pelemahan.
Bank Indonesia juga sempat menyinggung kebutuhan komunikasi tim ekonomi Prabowo dengan pasar.
Direktur Eksekutir Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto menyatakan, tim ekonomi Prabowo Subianto perlu lebih intensif mengkomunikasikan lagi dengan pasar.
"Dalam kondisi seperti tersebut, memang diperlukan komunikasi yang lebih intensif lagi dari tim Pak Prabowo [Subianto] utamanya kepada pelaku pasar khususnya investor asing,” ujar Edi kepada Bloomberg Technoz, Jumat (21/6/2024).
Meskipun begitu, Edi menilai bahwa telah terdapat penjelasan yang dibuat oleh tim sinkronisasi Prabowo untuk membantah prasangka pelaku pasar tersebut. “Sepertinya tim Pak Prabowo tetap akan menjaga fiskal yang sehat ke depan,” kata Edi.
Sebagaimana diketahui, sejak Jumat dua pekan lalu pelaku pasar diterpa kekhawatiran terkait rencana pemerintahan Prabowo-Gibran yang dikabarkan hendak mengerek rasio utang hingga 50% dalam satu periode pemerintahan mereka. Kabar itu membuat pasar khawatir terhadap kesinambungan fiskal Indonesia karena beban rasio utang yang melesat hingga 50% akan dapat membawa defisit APBN hingga melampaui 3%, sesuai batas yang diizinkan oleh aturan perundang-undangan di Indonesia.
Maybank Singapura memperkirakan, defisit APBN bisa naik hingga ke 4%-6% dari Produk Domestik Bruto (PDB) ketika rasio utang dikerek di angka tersebut dari saat ini yang masih di bawah 40%. Prediksi serupa datang dari bank investasi asal Inggris, Barclays.
"Dengan utang pemerintah off balance sheet di kisaran 30%-35% terhadap PDB, maka tambahan utang pemerintah pusat hingga 50% dapat menaikkan utang sektor publik kita dari saat ini 70%-an menjadi lebih dari 80% atau bahkan sampai 90% terhadap PDB bila tidak dikelola dengan hati-hati. Itu semakin mendekati utang sektor publik Amerika Serikat yang saat ini berada di kisaran 110%-115%," kata Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Prayadi, beberapa waktu lalu.
Rupiah telah menanggung imbas akibat ketidakpastian soal kebijakan fiskal tersebut dengan memecah rekor terlemah baru dalam waktu singkat. Asing melepas surat utang negara dan beralih ke negara-negara tetangga. Sedangkan tekanan di pasar saham juga terjadi meski tidak sedalam pasar obligasi.
Bank Indonesia melaporkan, berdasarkan data setelmen hingga 20 Juni lalu, investor asing mencatat posisi jual neto Rp42,1 triliun di Surat Berharga Negara sejak awal 2024, lalu jual neto Rp9,35 triliun di pasar saham dan beli neto Rp117,77 triliun di Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
(rui)