Logo Bloomberg Technoz

Bukan HET, Ini Solusi Menjinakkan Harga Beras di Tingkat Konsumen

Rezha Hadyan
04 April 2023 18:03

Pedagang membungkus beras di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (23/2/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Pedagang membungkus beras di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (23/2/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kebijakan harga eceran tertinggi (HET) dinilai tidak sepenuhnya efektif mengatasi fluktuasi harga beras di tingkat konsumen. Sebab, proses produksi yang tidak efisien dan panjangnya rantai distribusi juga turut berkontribusi terhadap tingginya harga pangan pokok tersebut di pasaran.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Mukhammad Faisol Amir mengatakan, apabila pelaku usaha dipaksa menekan margin dan menjual beras sesuai HET, isu yang akan muncul adalah tidak ada pelaku pasar yang bersedia menjual beras lokal. Hal ini akan berdampak pula di sektor hulu dengan berkurangnya pendapatan petani gabah.

“Dampak selanjutnya adalah bukan tidak mungkin penggilingan menengah juga akan berhenti berproduksi. Masalah-masalah ini akhirnya akan merusak perdagangan beras di Tanah Air,” ujarnya melalui keterangan resmi, Selasa (4/4/2023).

Menurut Faisol, kebijakan HET sebenarnya membuka peluang adanya pasar gelap dan meningkatkan risiko kelangkaan beras. Risiko terjadinya percampuran atau pengoplosan beras kualitas medium dengan beras dengan kualitas lebih rendah pun dapat terjadi.

Perkembangan harga gabah dan beras Maret 2023. (Dok.BPS)

Penetapan harga untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani dan GKP di tingkat penggilingan yang sebelumnya sudah dilakukan juga tidak menjamin kestabilan harga. Sebab, harga pasar selalu lebih tinggi daripada harga yang diatur oleh pemerintah.