"Atau berbentuk U, jadi normalisasi tujuan utamanya memang bukan untuk RNTH,” jelas Jeffrey Hendrik. Meski demikian BEI terus melakukan upaya peningkatan RNTH.
Lewat kegiatan edukasi, inklusi, dan aktivasi, BEI menargetkan investor retail agar nilai transaksi harian dapat bertumbuh. Kemudian dilakukan juga diskusi dengan para investor institusi untuk mengetahui strategi investasi mereka tahun ini.
“Demikian juga dengan investor asing, seperti diketahui kami sudah beberapa kali roadshow dan diskusi dengan bursa regional untuk mencari produk yang bisa kita kembangan untuk meningkatkan transaksi di bursa sehingga aktivitas transaksi investor, baik lokal, institusi maupun asing meningkat,” jelasnya.
Direktur Utama BEI Iman Rachman, menambahkan penurunan RNTH diikuti dengan lesunya frekuensi perdagangan. Data memperlihatkan terjadi penurunan 14% frekuensi perdagangan menjadi 1,27 juta kali. Volume perdagangan ikut turun 24% menjadi 18,2 miliar saham.
Pada akhirnya mengakumulasi penurunan kapitalisasi pasar di Bursa sebesar 0,1% menjadi Rp 9,48 triliun. Meskipun demikian, Iman menegaskan selama empat tahun terakhir RNTH Bursa mengalami pertumbuhan.
“Memang kita lihat ada penurunan di kuartal I. Namun, kalau dibandingkan dengan 2019, semua indikator RNTH baik volume maupun frekuensi semuanya di atas sebelum Covid,” ujar Iman.
Pada 2019, mengacu data BEI, RNTH Bursa berada di level Rp 9,1 triliun/hari. Frekuensi perdagangan sebanyak 469 kali. Terdapat 14,5 miliar saham yang diperdagangkan dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 7,26 triliun. “Kondisi pandemi justru [menjadi] indikator bahwa market kita posisinya positif dibandingkan sebelum Covid-19,” tambahnya.
(tar/wep)