Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Gedung Putih menyatakan kekecewaan mendalam atas kritik dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kepada Amerika Serikat di tengah ketegangan antara kedua negara sekutu tersebut atas perang Israel di Gaza.

Tanggapan Gedung Putih ini muncul ketika penasihat keamanan nasional Jake Sullivan mengadakan pertemuan dengan dua ajudan utama Netanyahu untuk membahas konflik Gaza dan isu-isu lainnya. Pembicaraan serupa juga diperkirakan akan dilakukan antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan pihak Israel.

Netanyahu mengeluarkan sebuah video berbahasa Inggris di mana dia mengatakan Blinken telah meyakinkannya bahwa pemerintahan Biden sedang bekerja untuk mencabut pembatasan pengiriman senjata ke Israel, sebuah pertukaran yang ditolak oleh diplomat tertinggi AS untuk dikonfirmasi.

Dalam sebuah percakapan diplomatik yang biasanya bersifat pribadi, Netanyahu juga mengatakan bahwa ia mengatakan kepada Blinken bahwa "tidak dapat dibayangkan" bahwa dalam beberapa bulan terakhir Washington menahan senjata dan amunisi ke Israel.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, menanggapi komentar tersebut dalam sebuah konferensi pers dengan para wartawan, dan mengatakan bahwa AS telah secara langsung menyatakan ketidaksenangannya kepada Israel.

"Saya pikir kami telah menjelaskan dengan sangat jelas kepada rekan-rekan Israel kami melalui berbagai cara tentang kekecewaan kami yang mendalam atas pernyataan yang diungkapkan dalam video itu dan kekhawatiran kami atas keakuratan pernyataan yang dibuat," kata Kirby.

"Gagasan bahwa kami entah bagaimana telah berhenti membantu Israel dengan kebutuhan pertahanan diri mereka sama sekali tidak akurat," katanya.

Penasihat keamanan nasional Israel Tzachi Hanegbi dan Ron Dermer, menteri urusan strategis Israel, berbicara dengan Sullivan saat pertemuan "dialog strategis" yang lebih besar dan lebih formal sedang dijadwalkan ulang, demikian menurut seorang pejabat Gedung Putih yang tidak mau disebutkan namanya.

Blinken mengatakan bahwa pengiriman senjata--dengan pengecualian satu bom besar--berjalan seperti biasa mengingat Israel menghadapi ancaman keamanan di luar Gaza, termasuk dari Hizbullah dan Iran. Ia menolak untuk mengomentari pembicaraan pribadinya dengan Netanyahu dalam sebuah konferensi pers pada Selasa.

"Ada satu pengiriman amunisi bermuatan tinggi yang telah kami tinjau dan masih dalam proses peninjauan. Itu bukan hambatan. Itu adalah tinjauan kebijakan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller.

AS pada Mei lalu menghentikan pengiriman bom seberat 2.000 pon dan 500 pon karena kekhawatiran akan dampak yang ditimbulkannya di wilayah-wilayah yang padat penduduknya, tapi Israel tetap akan mendapatkan persenjataan AS senilai miliaran dolar.

Pengawasan terhadap perilaku Israel dalam operasi militernya di Gaza telah meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah korban tewas dari pihak Palestina akibat perang yang melonjak hingga di atas 37.000 orang, menurut para pejabat kesehatan di daerah kantong yang dikuasai Hamas itu, yang membuat Gaza menjadi gurun pasir.

Perang dimulai ketika militan Hamas Palestina menyerbu melintasi perbatasan dan menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang lainnya, menurut perhitungan Israel.

Biden pada April memperingatkan Israel bahwa AS akan berhenti memasok senjata jika pasukan Israel melakukan invasi besar-besaran ke Rafah, sebuah kota di Gaza selatan yang merupakan tempat perlindungan terakhir bagi banyak orang yang mengungsi akibat perang.

(red/ros)

No more pages