Namun dengan perolehan dana segar mencapai Rp 21,9 triliun, nyatanya BUKA lebih memilih mengalokasikan dananya untuk berinvestasi di aset keuangan. Salah satu yang fenomenal adalah mengambil-alih hak pada rights issue Allo Bank (BBHI) pada Januari 2022.
BUKA masuk menjadi pemegang saham BBHI dengan kepemilikan 11,49% dengan total saham mencapai 2,5 miliar di harga Rp 478/saham. Pada akhir Desember 2022, harga saham BBHI ditutup di Rp 1.765/saham sehingga nilai investasi BUKA yang tercatat naik Rp 3,2 triliun dari nilai investasi awalnya.
BUKA mencatatkan kenaikan harga saham BBHI sebagai bagian dari laporan laba rugi perusahaan. Namun sebenarnya investasi BUKA di BBHI bukan merupakan core business yang perusahaan e-commerce yang satu ini. Apabila nilai investasi tersebut dihilangkan sebenarnya BUKA masih mencatatkan kerugian Rp 2,5 triliun.
Tak bisa dipungkiri, BUKA memang diuntungkan IPO pada 2021 silam saat hype perusahaan teknologi masih ada dan berhasil meraup pendanaan hingga lebih dari Rp 20 triliun. Bahkan IPO BUKA menjadi yang terbesar dalam sejarah pasar modal Tanah Air.
Dari proceeds IPO-lah likuiditas BUKA tiba-tiba banjir. Namun setelah 1 tahun lebih IPO, nyatanya kas dan setara kas BUKA masih Rp 16,3 triliun per akhir 2022. Kalau dibanding akhir tahun 2021 yang mencapai Rp 24,7 triliun, memang turun Rp 8,4 triliun. Lantas ke mana larinya kas BUKA?
Apabila menengok pos neraca BUKA, yang mengalami kenaikan signifikan adalah aset keuangan lancar yang tiba-tiba melonjak menjadi Rp5,16 triliun dari tahun 2021 hanya Rp657 miliar. Kenaikannya hampir Rp 4,5 triliun. Apabila mengacu pada catatan atas laporan keuangan, kebanyakan merupakan investasi pada saham, reksadana dan deposito.
Di sisi lain ada juga di bagian aset tidak lancar berupa investasi jangka panjang yang juga meningkat Rp 4,19 triliun. Catatan atas laporan keuangan menunjukkan bahwa sebagian besar investasi jangka panjang tersebut ditempatkan di obligasi pemerintah sebesar Rp3,42 triliun dan Rp726 miliar ke perusahaan PE serta VC.
Sementara pada bagian investasi di entitas asosiasi hanya mencapai Rp776 miliar saja. Apabila melihat laporan arus kas BUKA, semakin terlihat, porsi dana keluar Rp8,4 triliun tadi lebih banyak digunakan pada aktivitas investasi (beli aset keuangan) dan aktivitas pendanaan (pelunasan utang bank Rp 2 triliun).
Atas penggunaan dana IPO ini sebenarnya BUKA sempat mendapatkan perhatian publik dan bahkan dicecar bursa. Bagaimanapun juga keuntungan BUKA yang berasal dari aktivitas investasi serta banyaknya uang hasil IPO yang diparkir di instrumen keuangan juga menimbulkan sejumlah pertanyaan di kalangan pelaku pasar.
Jadi sebenarnya BUKA perusahaan e-commerce atau investasi?
(aji/roy)