Logo Bloomberg Technoz

"Kami berencana untuk mempertimbangkan kembali masalah dukungan senjata untuk Ukraina," kata Chang seperti dikutip Yonhap News.

Dalam kunjungan ke Korea Utara pada Rabu, Presiden Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mencapai kesepakatan untuk memberikan bantuan militer segera jika salah satu dari mereka diserang, menghidupkan kembali kesepakatan yang berasal dari Perang Dingin.

Langkah ini menimbulkan kekhawatiran di antara dua sekutu dekat AS, Korea Selatan dan Jepang. Keduanya menjadi tuan rumah bagi pasukan AS dan berada di garis tembak rudal balistik Korea Utara.

Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengatakan kepada para wartawan dalam sebuah konferensi pers bahwa Tokyo "sangat prihatin" dengan dampak pakta militer tersebut terhadap keamanan regional.

Tahun lalu, Kremlin mengatakan bahwa jika Korea Selatan memasok senjata ke Ukraina. Hal itu akan membuatnya menjadi peserta dalam konflik tersebut. Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev menyarankan agar Moskow dapat meresponsnya dengan menjual persenjataan canggih ke Korea Utara.

Kedua Korea memiliki dua pasukan artileri terbesar di dunia, dengan ribuan senjata kaliber besar yang diarahkan ke satu sama lain di zona demiliterisasi yang memisahkan mereka.

Persediaan peluru mereka termasuk milik Korea Utara yang dapat dioperasikan dengan artileri era Soviet yang dikerahkan Rusia ke garis depan dalam perangnya. Sementara itu, peluru kaliber 155 mm Korea Selatan adalah standar yang digunakan oleh negara-negara NATO yang memasok Ukraina, kata para ahli senjata.

AS, Korea Selatan, dan Jepang menuduh rezim Kim mengirim amunisi dan rudal balistik untuk membantu Putin dalam perang yang dilancarkannya terhadap Ukraina.

Korea Utara telah mengirimkan kontainer ke Rusia yang dapat menampung hampir 5 juta peluru artileri, Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Wonsik mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg News minggu lalu.

Sebagai imbalan atas amunisi tersebut, Rusia telah membantu Korea Utara dalam upayanya untuk mengerahkan serangkaian satelit mata-mata, selain menjual senjata konvensional seperti tank dan pesawat terbang, kata Shin.

Moskow dan Pyongyang membantah adanya transfer senjata tersebut meskipun ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa hal itu terjadi.

Sementara para pejabat Ukraina meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman terobosan Rusia selama berbulan-bulan penundaan pengiriman senjata AS, pasukan Kyiv sebagian besar bertahan meskipun kalah jumlah senjata sebanyak 10-1 dari tentara penyerang Moskow.

(bbn)

No more pages