Lebih lanjut, Taufik menyebutkan saat kejadian berlangsung, emergency shutdown system atau sistem pemadaman kedaruratan yang telah dipasang di lokasi kejadian itu berfungsi untuk mematikan 2 unit kompresor tersebut. Kemudian, dilakukan pendinginan sehingga api berhasil padam cepat, yakni hanya 9 menit, tepatnya pada pukul 22.51 WITA api tersebut sudah padam.
“Dan evaluasi lebih lanjut pada jam 23.30, itu kondisi sudah dinyatakan aman,” lanjut dia.
Saat ini, kata Taufik, Pertamina tengah melakukan pendalaman dan investigasi kasus dari insiden kebakaran Kilang Dumai. Tekait dengan hal itu, dia juga melibatkan dari internal Pertamina Group, Direktorat Jenderal Migas ESDM, dan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) kepolisian.
"Kemudian, sampel dari material pipa nanti akan kami lakukan uji laboratorium untuk melakukan analisis metalurgi. [Hal itu dilakukan] untuk memastikan apakah nanti material seperti ini masih sesuai atau harus dilakukan peningkatan kekuatan materialnya," katanya.
Pipa Sudah berumur
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama (Dirut) Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa kilang Dumai tersebut telah dibangun sejak 1971. Artinya, kilang tersebut sudah berumur 52 tahun.
“[Kilang] dumai ini dibangun pada tahun 1971. Untuk itu kita tidak boleh mengesampingkan faktor keandalan, termasuk salah satunya safety di dalamnya,” ujarnya.
Selain itu, pipa yang terbakar diketahui dipasang sejak 1982. Dengan kata lain, pia tersebut sudah berumur 41 tahun. "Kalau pipa yang pecah itu dari tahun 82 datanya, artinya data instalasinya di tahun 82 dipasang. Produk domestik carbon steel schedule [produksi] 1980 itu," kata Taufik lagi.
Sebagai catatan, Kilang Dumai merupakan kilang pengolahan minyak terbesar ketiga di Indonesia yang memiliki total kapasitas pengilangan sebesar 170.000 barel per hari atau hampir 16,5% dari total kapasitas kilang Pertamina di seluruh Indonesia. Kilang tersebut juga mempunyai luas area 356.33 hektare dengan jumlah karyawan mencapai 1.177 orang.
Refinery Unit (RU) II Dumai terdiri dari dua lokasi yaitu di Sei Pakning, dibangun pada 1969 dengan kapasitas CDU 50.000 barel per hari, kemudian Kilang Dumai dibangun pada 1971 dengan kapasitas CDU 120.000 barel per hari.
Produk yang dihasilkan dari kedua kilang itu adalah 87% setara bahan bakar minyak. Sementara itu, 12%-nya non-BBM yang terdiri dari LPG, green coke, dan LAWS. Adapun, 1% lainnya adalah UCO, NBF, SF-02, Solphy.
(ibn/wdh)