Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang salah satunya dipengaruhi sentimen kebijakan fiskal ke depan tidak perlu dikhawatirkan. Alasannya, defisit anggaran Indonesia saat ini masih di bawah 3%.
Menurutnya, justru negara-negara di kawasan Eropa yang telah mendapatkan alarm peringatan dari otoritas moneter Eropa (ECB) karena defisit anggaran sudah menyentuh 5%-7% melampaui threshold 3%.
“Alarmnya bunyinya di Eropa, bukan di Indonesia, Indonesia masih dibawah 3%. Jadi tenang-tenang saja ,” kata Airlangga saat ditemui di kantornya, Jumat (21/6/2024).
“Coba tanya ke Menkeu (Menteri Keuangan) Jerman, Italia, dan yang lain. Sudah dapat dia peringatan dari EU central bank bahwa negara-negara EU harus ikut seperti negara-negara ASEAN.”

Airlangga menuturkan tidak ada yang perlu dikhawatirkan atas kebijakan fiskal Indonesia ke depan. Batas defisit anggaran Indonesia pada tahun depan akan tetap di bawah batas 3%, sesuai dengan pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang tengah dilakukan di DPR.
Dengan berpegang pada batasan ini, program pemerintahan baru yang masih dalam pembahasan di DPR akan dilakukan sesuai tahapan yang berlaku. Sentimen kebijakan fiskal pun tidak perlu dikhawatirkan.
“Semua ada tahapannya, tenang-tenang saja,” ungkap Airlangga.
Penyebab Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar versi Airlangga
Airlangga mengatakan pelemahan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini turut dipengaruhi oleh tingkat suku bunga Amerika Serikat (AS) yang masih relatif tidak pasti, serta kebijakan ekonomi AS juga masih terbilang sangat baik.
Menurutnya fundamental ekonomi Indonesia terbilang kuat. Ia mengacu pada pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 sebesar 5,11%, inflasi yang terjaga di 2,8%, dan neraca dagang RI yang terus surplus. Selain itu, Riset IMD menyebutkan posisi daya saing Tanah Air naik ke posisi 27 dunia dari 34 dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), dan Prompt Manufacturing Index (PMI) masih diatas 50.

“Hanya tentu faktor sentimental regional harus kami jaga, tentu yang perlu kami jaga investasi, harus genjot ke depan, kemudian DHE [devisa hasil ekspor] kami dorong dan kami minta kepada para pengusaha yang ekspornya masih punya devisa di Luar Negeri untuk dimasukkan ke dalam negeri,” ungkap Airlangga.
Seperti diketahui, rupiah dibuka di level Rp16.475/US$ pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (21/6/2024), pembukaan rupiah itu menjadi nilai rupiah terlemah baru setidaknya sejak 2 April 2020.
Pelemahan rupiah pada pembukaan pasar hari ini menjadi yang terdalam kedua setelah won Korea yang tergerus 0,4%. Rupiah melemah 0,28% disusul di belakangnya adalah rupee India yang semakin memecah rekor terlemah sepanjang masa, tergerus 0,23% pagi ini.
Ringgit dan peso juga melemah 0,11%. Sementara dolar Singapura dan yuan offshore masih menguat, dan dolar Hong Kong. Sedangkan dong Vietnam stabil.
(azr/roy)