Logo Bloomberg Technoz

BI Harus Bayar Mahal demi Stabilitas Rupiah

Tim Riset Bloomberg Technoz
21 June 2024 13:55

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah masih tertekan aksi jual di pasar surat utang sehingga pergerakannya melemah ke level terendah sejak pandemi Covid-2020, sampai siang hari ini, Jumat (21/6/2024). 

Tekanan jual di pasar surat berharga negara (SBN) masih besar di mana yield SBN tenor 5Y melejit ke level 7,09% pagi tadi dan tengah hari ini sedikit turun ke 7,06%. Sementara imbal hasil SBN-1Y juga naik ke 6,75%, sedang tenor 10Y naik ke 7,16%.

Tekanan yang masih berlanjut di pasar SBN selain terimbas sentimen pasar global yang mengerek imbal hasil Treasury dan penguatan dolar AS, juga sepertinya menjadi respon dari pelaku pasar fixed income terhadap keputusan Bank Indonesia kemarin menahan BI rate serta antisipasi risiko kesinambungan kebijakan fiskal pada pemerintahan baru kelak.

Pelemahan rupiah hari ini menjadi ujian kepercayaan diri Bank Indonesia yang meyakini rupiah akan kembali menguat ke depan sesuai fundamentalnya dan kembali stabil dalam jangka pendek. Namun, keyakinan itu akan dengan mudah terpatahkan bila investor terus melepas surat utang dan enggan masuk ke pasar domestik meski imbal hasil terus dikerek naik.

Itu yang mulai terlihat dari lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) hari ini. Para investor hanya membukukan incoming bids sebesar Rp32,61 triliun, terendah sejak 8 Mei.