Logo Bloomberg Technoz

“Sepertinya Timnya pak Prabowo tetap akan menjaga fiskal yang sehat ke depan,” kata Edi.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa rupiah sebenarnya secara fundamental terbilang sangat baik. Hal ini, menurutnya seperti yang disampaikan Perry pada konferensi pers hari lalu.

Dengan begitu, ia mengatakan bahwa pelemahan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini dipengaruhi oleh kondisi global yang kurang kondusif bagi mata uang emerging market (negara berkembang), termasuk Indonesia.

Ia mengatakan, Bank of England dan Bank Sentral Swiss diperkirakan akan menurunkan suku bunga di tengah Fed Fund Rate atau suku bunga Bank Sentral AS yang masih sangat tidak pasti. Hal itu, dapat menyebabkan divergensi kebijakan moneter di negara maju.

Selanjutnya, kondisi perpolitikan di Prancis masih diliputi ketidakpastian. Serta, kondisi pasar saham AS yang melemah juga turut mempengaruhi stabilitas nilai tukar.

Edi menegaskan, atas perkembangan dari sisi domestik maupun eksternal yang terjadi, pihaknya akan terus mengawal pergerakan nilai tukar di pasar untuk menjaga kepercayaan pelaku pasar serta menjaga keseimbangan kebutuhan dan ketersedian valas di pasar.

“Tentu BI akan terus mengawal dengan hadir di pasar, karena dalam kondisi seperti ini menjaga market confidence (kepercayaan pasar) adalah yang utama,” tutup Edi.

Sekadar informasi, Pelemahan rupiah pada pembukaan pasar hari ini menjadi yang terdalam kedua setelah won Korea yang tergerus 0,4%. Rupiah melemah 0,28% disusul di belakangnya adalah rupee India yang semakin memecah rekor terlemah sepanjang masa, tergerus 0,23% pagi ini.

Ringgit dan peso juga melemah 0,11%. Sementara dolar Singapura dan yuan offshore masih menguat, dan dolar Hong Kong. Sedangkan dong Vietnam stabil.

Adapun, dalam konferensi pers pengumuman hasil RDG Kamis siang kemarin, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, nilai wajar rupiah saat ini adalah di bawah Rp16.000/US$, bila melihat faktor fundamental.

"Inflasi kita rendah, pertumbuhan ekonomi juga relatif baik di 5,1%, transaksi berjalan juga defisitnya masih rendah ditambah imbal hasil investasi yang juga menarik. Faktor fundamental ini yang akan mempengaruhi tren dan kami yakini tren ke depan rupiah akan menguat dan dalam jangka pendek pergerakannya stabil," kata Perry.

Namun, karena masih ada sentimen ketidakpastian pasar terutama terkait arah kebijakan bunga global Amerika yang masih belum jelas, ditambah ketegangan geopolitik, juga permintaan dolar AS yang memuncak pada kuartal dua serta persepsi terhadap kesinambungan fiskal Indonesia ke depan, membuat rupiah terjatuh.

(azr/roy)

No more pages