Ramon Beleno, pengamat plitik , mengatakan bahwa setelah tidak lagi berada di kabinet. Sara kemungkinan besar akan berupaya mengkonsolidasi dukungan bagi dirinya dan juga mencari calon anggota kongres untuk menantang para politisi yang didukung Marcos.
Beleno mengatakan hasil pemilu sela yang bagus akan memperkuat kesempatan Sara, putri mantan Presiden Rodrigo Duterte, untuk manjadi presiden pada 2028.
"Keluarga Duterte akan mencoba memanfaatkan momentum itu dan turun dengan segala kekuatan," kata Beleno yang juga mantan guru besar di Davao City, daerah kekuasaan Duterte.
Mesin politik
Wakil Presiden Duterte akan menjadi penantang politik kuat bagi Marcos karena sejumlah survey menunjukkan dia lebih populer dari pada presiden Marcos Jr. Dia juga berada di daftar pilihan rakyat untuk pengganti presiden ini ketika masa jabatan pertamanya selesai pada 2028.
Keluarga Duterte juga memiliki kemampuan besar untuk mengubah arah politik di Mindanao yang penting secara politik. Saat ini tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Marcos turun setelah terjadi persiteruan terbuka dengan pendahulunya terkait penggunaan narkoba.
Sherwin Ona, guru besar Universitas De La Salle di Manila, mengatakan Marcos masih memiliki keuntungan terkait jabatannya sebagai presiden yang membuatnya unggul dalam pemilu tahun depan.
"Presiden memiliki mesin politik. Pemilu 2025 akan menjadi kesempatan bagi Marcos untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya," kata Sherwin.
Ona juga merujuk pada sejumlah kelemahan keluarga Duterte. Mantan Presiden ini masih memiliki kasus di Pengadilan Pidana terkait program perang melawan narkoba. Sara sendiri menghadapi tuduhan penyalahgunaan dana rahasianya, tuduhan ini telah dibantahnya.
Aliansi rentan
Satu tahun setelah menang mutlak dalam piplres aliansi Sara dengan Marcos menjadi rentan.
Pada Mei 2023, dia keluar dari partai terbesar yang mendukung Marcos dengan alasan "ada upaya memperkuat politik" dan secara umum tidak berkomentar terkait masalah-masalah nasional seperti Laut China Selatan yang diklaim China.
Ketika berkuasa, ayahnya cenderung bersahabat dengan Beijing yang bertolak belakang dengan kebijakan Marcos yang semakin berani menentang China dan membuat kedua negara berulang kali terlibat perseteruan di laut tersebut.
Henry Yusingco, dari Pusat Kebijakan Ateneo Manila, mengatakan pengunduran Duterte ini memberi kekuasaan "penuh" pada Marcos di kabinetnya.
"Sekarang presiden memiliki kendali penuh terkait masa depan politiknya dan juga keluarganya," kata Yusingco.
Namun, menurut Harry Roque, mantan jubir kepresidenan Rogrigo Duterte, langkah ini memungkinkan Sara untuk lebih bersuara menentang Marcos.
"Sekarang ada garis yang jelas," kata Roque di unggahan akun Facebooknya.
Perubahan politik ini tidak akan memicu krisis kepemimpinan di Filipina kata Bob Herrera-Lim, dari perusahaan konsultan global Reneto.
Negara Asia Tenggara ini masih menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat di kawasan.
"Rakyat akan melihat apa adanya - formalisasi perceraian politik antara keluarga Marcos dan Duterte sebagai persiapan pemilu sela 2025 dan akhirnya pilpres 2028," kata Herrera-Lim.
(bbn)