Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) mengatakan sebagian dana yang diperoleh dari divestasi senilai Rp7,23 triliun bakal digunakan untuk mendanai proyek bersama raksasa baterai China, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL).
Proyek tersebut mencakup pembangunan smelter nikel berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF) dan smelter berbasis berbasis high pressure acid leaching (HPAL).
“Hasil dari divestasi itu menghasilkan sekitar Rp7,23 triliun buat Antam. Divestasi kemarin itu hanya bisa kita pakai sebagian saja untuk menjadi modal untuk sampai RKEF maupun sebagian untuk HPAL,” ujar Direktur Utama ANTAM Nicolas D. Kanter dalam agenda MINDialogue di Jakarta Selatan, dikutip Jumat (21/6/2024).
Sekadar catatan, pada 28 Desember 2023, ANTAM melalui anak usahanya PT Sumberdaya Arindo (SDA) dan PT Feni Haltim (FHT) telah menyelesaikan transaksi divestasi bersama HongKong CBL Limited (HKCBL) selaku anak usaha CATL.

Transaksi divestasi saham tersebut berupa 49% saham pada SDA dan transaksi divestasi atas 60% saham pada FHT. Adapun, perjanjian jual beli saham atau sales purchase agreement (SPA) merupakan salah satu bagian dari proyek baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV)-nya bersama CATL.
Kerja sama antara Antam dan CATL bertujuan untuk pengembangan ekosistem pembuatan pabrik baterai EV dari hulu ke hilir. Ruang lingkup kerja sama tersebut adalah penambangan bijih nikel, smelter RKEF dan kawasan industri, smelter HPAL, pabrik bahan baterai, pabrik sel baterai, dan pabrik daur ulang baterai.
Antam bakal terlibat secara tidak langsung melalui PT Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam pembangunan pabrik bahan baku baterai, pabrik sel baterai, dan pabrik daur ulang baterai.
IBC merupakan perusahaan patungan badan usaha milik negara (BUMN) Antam, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Pertamina New and Renewable Energy (RNE) dan PT PLN (Persero).
“Tentunya kita harus menyelesaikan JV agreement [perjanjian joint venture atau usaha patungan]. Jadi pekerjaan-pekerjaan land clearing atau persiapan semuanya itu sudah dijalankan,” ujarnya.
Nicolas mengatakan total investasi dari proyek tersebut adalah US$6,87 miliar atau sekitar Rp112,83 triliun (asumsi kurs Rp16.425/dolar AS).
“Total investment US$6,87 miliar, itu sampai ke ujung, sampai ke battery recycling [daur ulang baterai]. Tentunya kita akan membutuhkan financing, ini yang kita juga sedang dalam proses penjajakan, kita juga mencoba bank-bank nasional maupun bank internasional ini masih dalam tahap awal yang kita lakukan dengan bantuan daripada BNP Paribas,” ujarnya.
(dov/wdh)