Bank Indonesia sendiri menilai pelemahan nilai tukar rupiah belakangan adalah akibat masih tingginya ketidakpastian pasar global terutama terkait arah kebijakan bunga global AS yang masih belum jelas, ditambah ketegangan geopolitik.
Irfan pun menjelaskan kondisi geopolitik global yang tidak dapat dihindari juga akan bisa berdampak kepada kinerja perusahaan penerbangan.
Meski diketahui Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memprediksi industri penerbangan global akan menghasilkan laba bersih sebesar US$30,5 miliar (sekira Rp486,75 triliun) tahun ini.
"Geopolitik ini kan enggak bisa dihindari juga. Kita kan akhirnya juga kena dampak dan ini bukan industri yang marginnya gede sekali, gitu kan."
Bagaimanapun, Irfan memastikan kinerja Garuda masih baik-baik saja.
"[Hal] yang pastinya lebih bagus [dari saat pandemi], kan kita lagi liburan, lagi haji. Jadi oke sih sebenarnya. Sebenarnya sih overall sih secara industri sebenarnya membaik," tegasnya.
(prc/wdh)