Sementara Klaim Tunjangan Pengangguran (Unemployment Benefits) pada pekan 15 Juni tercatat 238.000. Memang turun dibandingkan pekan sebelumnya yang sebanyak 243.000 tetapi lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan di 235.000.
Klaim 238.000 tersebut juga menjadi yang tertinggi kedua sejak Agustus tahun lalu.
Data-data penting tersebut memberi gambaran bahwa ekonomi AS mulai 'Mendingin', sebagai dampak pengetatan moneter. Oleh karena itu, harapan bahwa pelonggaran moneter berupa pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pun kian gencar.
Mengutip CME FedWatch Tools, probabilitas Bank Sentral Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) ke 5,00–5,25% dalam rapat September mencapai 57,5%.
Kemudian, Federal Funds Rate diperkirakan bisa turun lagi 25 bps ke 4,75–5% pada rapat Desember. Peluangnya adalah mencapai 42,4%.
Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juni 2024. Sesuai perkiraan pasar, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 19–20 Juni 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7%,
Keputusan ini senada dengan perkiraan pasar. Konsensus 19 Analis/Ekonom yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median 6,25% untuk BI-Rate.
Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5%±1% pada 2024 dan 2025.
Pada kesempatan yang sama BI menuturkan, penyaluran kredit perbankan berhasil tumbuh tinggi pada Mei 2024 dengan keberhasilan tumbuh 12,15% secara tahunan (year-on-year/yoy).
(fad)