Logo Bloomberg Technoz

US. Census Bureau melaporkan Izin Mendirikan Bangunan (Building Permits/IMB) di Negeri Paman Sam pada Mei tercatat sebanyak 1,39 juta. Melandai signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 1,44 juta, dan sekaligus menjadi yang terendah sejak Juni 2020 atau dalam hampir 4 tahun.

Sementara Klaim Tunjangan Pengangguran (Unemployment Benefits) pada pekan 15 Juni tercatat 238.000. Memang turun dibandingkan pekan sebelumnya yang sebanyak 243.000 tetapi lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan di 235.000. 

Klaim 238.000 tersebut juga menjadi yang tertinggi kedua sejak Agustus tahun lalu.

Data-data penting tersebut memberi gambaran bahwa ekonomi AS mulai 'Mendingin', sebagai dampak pengetatan moneter. Oleh karena itu, harapan bahwa pelonggaran moneter berupa pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pun kian gencar.

Mengutip CME FedWatch Tools, probabilitas Bank Sentral Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) ke 5,00–5,25% dalam rapat September mencapai 57,5%.

Kemudian, Federal Funds Rate diperkirakan bisa turun lagi 25 bps ke 4,75–5% pada rapat Desember. Peluangnya adalah mencapai 42,4%.

Citi economic surprise. (Sumber: Bloomberg)

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Gubernur Federal Reserve Bank of Chicago, Austan Goolsbee, mengatakan pembuat kebijakan akan dapat menurunkan suku bunga jika inflasi terus melandai seperti bulan lalu.

Goolsbee, berbicara pada Kamis dalam sebuah wawancara di Fox News, memuji laporan terbaru tentang Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei. Laporan tersebut menunjukkan penurunan inflasi untuk bulan kedua secara berturut-turut setelah kenaikan mengejutkan di awal tahun.

“Jika kita mendapatkan lebih banyak angka inflasi seperti yang baru saja kita dapatkan, yang sangat kuat, sangat menggembirakan — terlihat lebih mirip dengan paruh kedua tahun lalu, sekitar 2% — maka menurut saya kita bisa turunkan (Suku Bunga),” kata Goolsbee.

Juga mencermati pembangunan rumah baru merosot ke laju paling lambat dalam empat tahun dan Indeks Fed Philadelphia berada di bawah perkiraan.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor juga menantikan keputusan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Inggris (Bank of England/BOE) dan juga Bank Sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB).

“Meskipun masih ada ketidakpastian seputar arah pergerakan suku bunga, pasar saham global mendapat dorongan dari optimisme pelaku pasar bahwa biaya pinjaman pada akhirnya akan bergerak turun seiring dengan terkendalinya laju inflasi, perlambatan ekonomi serta melonggarnya pasar tenaga kerja,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juni 2024. Sesuai perkiraan pasar, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 19–20 Juni 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7%,

Keputusan ini senada dengan perkiraan pasar. Konsensus 19 Analis/Ekonom yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median 6,25% untuk BI-Rate.

Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5%±1% pada 2024 dan 2025.

Pada kesempatan yang sama BI menuturkan, penyaluran kredit perbankan berhasil tumbuh tinggi pada Mei 2024 dengan keberhasilan tumbuh 12,15% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Pergerakan BI-Rate di 2024 (Bloomberg)

Hal ini didorong oleh pertumbuhan kredit di sebagian besar sektor ekonomi, terutama perdagangan industri dan jasa dunia usaha.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didorong oleh kinerja korporasi dan rumah tangga.

Pertumbuhan penjualan dan belanja modal korporasi juga berhasil tetap positif, sehingga mendorong kebutuhan pembiayaan modal kerja dan investasi. 

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 1,37% ke 6.819 disertai dengan munculnya volume pembelian.

“Pada skenario terbaiknya (label hitam), posisi IHSG saat ini sedang berada di akhir wave [v] dari wave C dari wave (2), sehingga koreksi IHSG relatif terbatas dan berpeluang menguat untuk menguji 6.848-7.030,” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (21/6/2024).

Herditya juga memberikan catatan, apabila IHSG menembus 6.639 sebagai supportnya, maka IHSG akan menguji 6.450-6.562 pada skenario merah.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, BRIS, DOID, KLBF, dan SMGA.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG berpotensi lanjutkan rebound uji resistance 6.850 di perdagangan hari ini Jumat (21/6).

“Indeks-indeks di Eropa di tutup menguat di Kamis (20/6). BoE mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di 5.25% (20/6). Inflasi Inggris telah mencapai target bank sentral yaitu 2% yoy di Mei dari 2.3% yoy di April,” tulisnya.

Dari dalam negeri juga, BI masih optimis terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi 2024 di 4,7%-5,5% seiring dengan penguatan nilai tukar Rupiah sampai dengan akhir tahun nanti. Bersamaan dengan itu, BI berencana kembali melakukan intervensi pasar dengan sejumlah instrumen yang relatif baru. 

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BBCA, BMRI, BBRI, BBNI, dan HRUM.

(fad)

No more pages