Pasar Kecewa BI Remehkan Risiko Fiskal
Ruisa Khoiriyah
21 June 2024 09:10
Bloomberg Technoz, Jakarta - Pelemahan rupiah hingga menyentuh level terlemah baru dalam empat tahun tidak membuat Bank Indonesia (BI) bereaksi dengan mengerek bunga acuan BI rate. Dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur yang berakhir kemarin Kamis (20/6/2024), BI memutuskan menahan bunga acuan di 6,25%, sesuai ekspektasi mayoritas ekonom.
Namun, reaksi pasar setelah itu menunjukkan kekecewaan. Rupiah melemah hingga ditutup di level rekor terlemah baru Rp16.430/US$ kemarin sore.
Investor asing juga terlihat kecewa terlihat dari pergerakan rupiah di pasar offshore di mana kontrak forward NDF rupiah memecahkan rekor terlemah baru di semua tenor. NDF rupiah 1 bulan bahkan ditutup di Rp16.507/US$ semalam di pasar New York.
Menurut analis, pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang menyebut rupiah berpotensi menguat di masa mendatang di bawah Rp16.000/US$ didukung fundamental ekonomi RI yang kuat, terlalu meremehkan risiko fiskal dan pelebaran defisit transaksi berjalan yang berisiko makin menyeret rupiah ke depan.
"Akibatnya, rupiah spot terdepresiasi 0,4% dan di pasar forward melemah 0,6% ke Rp16.507/US$. Investor asing menilai BI menganggap enteng risiko fiskal dan pelebaran defisit transaksi berjalan yang bisa melemahkan rupiah," kata tim riset Mega Capital Sekuritas dalam catatannya, Jumat (21/6/2024).