Logo Bloomberg Technoz

Gubernur Federal Reserve Bank of Minneapolis Neel Kashkari melontarkan pernyataan The Fed akan mengembalikan inflasi ke target 2%, akan tetapi kemungkinan itu membutuhkan waktu satu atau dua tahun. Sementara Gubernur Bank Federal Reserve Chicago Austan Goolsbee menyatakan The Fed bisa menurunkan suku bunga jika inflasi terus menurun seperti bulan lalu. Di bagian lain, Gubernur Bank Federal Reserve Richmond Thomas Barkin bilang, ia membutuhkan kejelasan lebih lanjut arah inflasi sebelum memangkas suku bunga.

Kesemua lanskap itu kurang menguntungkan bagi aset-aset di emerging market, termasuk Indonesia. Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, mata uang Asia menunjukkan pelemahan di mana won Korea turun signifikan hingga 0,54%. Rupee India kemarin memecah rekor terlemah sepanjang masa akibat tekanan dolar AS.

Bursa Asia Pasifik pagi ini juga sebagian dibuka melemah di mana KOSPI dan KOSDAQ Korea dibuka turun lebih dari 1%. Begitu juga indeks Nikkei Jepang turun tipis. Begitu juga bursa New Zealand NZX 50 yang turun tipis.

Pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah spot maupun JISDOR sama-sama memecahkan rekor baru terlemah sejak April 2020, masing-masing di Rp16.430/US$ dan Rp16.420/US$, ketika Bank Indonesia memutuskan menahan bunga acuan BI rate di 6,25%.

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan hari ini dengan target koreksi menuju area level Rp16.450/US$ yang menjadi support terdekat sebelum break support psikologis dengan target pelemahan selanjutnya tertahan di Rp16.480/US$-Rp16.490/US$.

Apabila kembali break support tersebut, berpotensi melemah lanjutan dengan menuju level Rp16.500/US$ sebagai support terkuatnya.

Sebaliknya, bila terjadi penguatan, resistance menarik dicermati pada level Rp16.410/US$ dan selanjutnya Rp16.400/US$. Adapun dalam tren jangka menengah (Mid-term) rupiah masih ada potensi penguatan lanjutan ke level Rp16.200/US$ meski kian terbatas.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Jumat 21 Juni 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Nilai wajar rupiah

Dalam konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Kamis siang kemarin, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, nilai wajar rupiah saat ini adalah di bawah Rp16.000/US$, bila melihat faktor fundamental.

"Inflasi kita rendah, pertumbuhan ekonomi juga relatif baik di 5,1%, transaksi berjalan juga defisitnya masih rendah ditambah imbal hasil investasi yang juga menarik. Faktor fundamental ini yang akan mempengaruhi tren dan kami yakini tren ke depan rupiah akan menguat dan dalam jangka pendek pergerakannya stabil," kata Perry.

Namun, karena masih ada sentimen ketidakpastian pasar terutama terkait arah kebijakan bunga global Amerika yang masih belum jelas, ditambah ketegangan geopolitik, juga permintaan dolar AS yang memuncak pada kuartal dua serta persepsi terhadap kesinambungan fiskal Indonesia ke depan, membuat rupiah terjatuh.

BI bilang akan mengoptimalkan intervensi pasar dan operasi moneter melalui Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk membantu rupiah. Menaikkan BI rate menjadi opsi terakhir yang dipilih. 

Pelemahan rupiah dalam sorotan

Presiden Joko Widodo kemarin Kamis, memanggil para punggawa sektor ekonomi dan keuangan ke Istana Negara. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Purbaya Yudhi Sadewa, serta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dipanggil ke Istana untuk membahas kondisi dinamika dan perekonomian terkini.

Sri Mulyani menjelaskan, dari sisi global perkembangan ekonomi AS dan kebijakan suku bunga The Fed yang tetap tinggi serta kebijakan bunga acuan ECB, bank sentral Eropa, yang mulai menurun masih menjadi faktor penting dalam sentimen global. Di dalam negeri, perkembangan neraca pembayaran dan pembahasan RAPBN 2025 dan arah kebijakan fiskal ke depan terutama dari aspek sustainabilitas menjadi perhatian pasar dan masyarakat. Dari sisi pertumbuhan ekonomi dan inflasi, INdonesia memiliki kinerja yang tetap baik.

"Pemerintah terus memantau dan mewaspadai dinamika di atas, khususnya menjaga agar perekonomian tetap tumbuh dengan berkualitas dan stabilitas serta sustainabilitas tetap terjaga baik melalui koordinasi yang makin erat dan baik antara kebijakan ekonomi, fiskal, moneter dan stabilitas sektor keuangan," jelas Sri Mulyani dalam akun Instagram pribadinya.

(rui)

No more pages