Dengan proyeksi yang telah dibuat BI mengatakan ekonomi Indonesia dapat tumbuh pada rentang 4,7% - 5,5% sepanjang tahun ini.
Pada sisi suku bunga bank sentral, BI Rate per hari ini tercatat pada besaran 6,25%. Sementara suku bunga bank sentral AS atau fed fund rate, ia mengatakan berada pada rentang 5,25%-5,5%.
Sedangkan imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun, BI mencatat yield SBN 10 tahun Indonesia pada angka 7,13%. Sementara yield US Treasury pada angka 4,22%.
Lebih lanjut, bahwa defisit transaksi berjalan Indonesia pada tahun lalu sebesar -0,14% sedangkan AS pada angka -3%. Untuk data di kuartal I-2024, defisit transaksi berjalan Indonesia 0,64%.
Prediksi Aida bahwa posisi defisit transaksi berjalan akan berada pada rentang sasaran BI yakni -0,1% sampai -0,9%.
“Ini kemudian dibantu dengan reserve [cadangan devisa] kita US$139 miliar, cukup untuk membiayai 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor ditambah pembayaran utang luar negeri pemerintah,” pungkasnya.
Untuk diketahui, dalam kesempatan itu, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut nilai wajar rupiah saat ini adalah di bawah Rp16.000/US$, bila melihat faktor fundamental.
"Inflasi kita rendah, pertumbuhan ekonomi juga relatif baik di 5,1%, transaksi berjalan juga defisitnya masih rendah ditambah imbal hasil investasi yang juga menarik. Faktor fundamental ini yang akan mempengaruhi tren dan kami yakini tren ke depan rupiah akan menguat dan dalam jangka pendek pergerakannya stabil," kata Perry.
Namun, karena masih ada sentimen ketidakpastian pasar terutama terkait arah kebijakan bunga global Amerika yang masih belum jelas, ditambah ketegangan geopolitik, ditambah juga permintaan dolar AS yang memuncak pada kuartal dua serta persepsi terhadap kesinambungan fiskal Indonesia ke depan, membuat rupiah terjatuh.
(azr/wep)