Pemodal juga menyerbu PBS034 yang jatuh tempo pada 2039 nanti (tenor 16 tahun) dengan nilai penawaran masuk Rp 2,33 triliun. Pemerintah hanya menyerap Rp 2,25 triliun dengan yield rata-rata dimenangkan sebesar 7,077%.
Walau nilai penawaran masuk secara total lebih tinggi, pemerintah tetap hanya menyerap Rp 9 triliun. Secara umum target penerbitan obligasi pada kuartal II ini adalah sebesar Rp 130 triliun, lebih tinggi sedikit dibandingkan kuartal II-2022 yang sebesar Rp 125 triliun. Namun, selama kuartal 1 lalu, pemerintah hanya menerbitkan Rp 221,2 triliun, lebih rendah dibanding target sebelumnya Rp 245 triliun.
Minat Asing Tinggi
Animo pemodal asing terhadap obligasi terbitan pemerintah saat ini tengah di atas angin. Sepanjang Maret lalu, total kepemilikan asing di SBN bertambah Rp 14,1 triliun menjadi Rp 818,53 triliun, tertinggi sepanjang tahun ini.
Dengan inflasi yang terus melandai dan arah bunga acuan yang diprediksi terus bertahan di lajur dovish, obligasi rupiah menjadi favorit. Analis memperkirakan ada potensi arus modal asing masuk antara US$ 1 juta hingga US$ 2 miliar April ini menyerbu pasar keuangan domestik, terutama bila disinflasi di Amerika berlanjut.
Pelaku pasar akan memantau data US nonfarm payroll yang akan dirilis Jumat ini. Bila data itu angkanya di bawah konsensus, maka itu bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan dalam negeri.
Hari ini nilai tukar rupiah juga melanjutkan penguatan kendati ada sentimen harga minyak dunia yang terungkit karena keputusan OPEC+ memangkas produksi. Rupiah bersama baht Thailand memimpin penguatan valuta emerging market Asia.
Di pasar spot, pairing USDIDR diperdagangkan di kisaran 14.905 pada pukul 14.45 WIB, hari ini, membawa penguatan rupiah sebesar 65 bps . Adapun kurs JISDOR Bank Indonesia bertahan di Rp 14.990 per dolar AS, pada Senin (3/4/2023).
(rui)