Sebelum melakukan stock split, nilai nominal saham BMRI yakni Rp 250/saham dengan jumlah saham beredar 46,66 miliar lembar. Usai pemecahan saham nilai nominal saham bank berlogo pita emas ini menjadi Rp 125/saham. Jumlah saham menjadi 93,33 miliar lembar.
Sedangkan, jumlah saham BMRI dalam modal dasar juga akan bertambah dari semula 64 miliar lembar menjadi 128 miliar lembar pasca stock split.
“Kami berharap dengan stock split ini, investor akan lebih mudah untuk berinvestasi pada saham BMRI dan turut mendorong pertumbuhan bisnis Bank Mandiri secara berkelanjutan,” tuturnya.
“Untuk saham Seri A Dwiwarna akan tetap dipertahankan satu saham dan sisanya diperhitungkan menambah jumlah saham Seri B milik Negara Republik Indonesia dan tetap menjadi pemegang saham pengendali perseroan,” terang Rudi dalam keterangan tertulisnya.
Pemecahan saham Bank Mandiri ini bukan menjadi yang pertama. Sebelumnya, Bank Mandiri pernah menggelar aksi serupa pada 13 September 2017 dengan rasio sebesar 1:2.
Saat itu, saham BMRI baru hasil stock split adalah Rp 6.700/lembar. Harga sebelumnya Rp 13.400 per lembar.
Sampai dengan akhir Februari 2022 Bank Mandiri mencatatkan penyaluran kredit BRp 920 triliun secara bank only, tumbuh 10,71% dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi likuiditas memadai tergambar dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 13,88% YoY menjadi Rp 1.143,22 triliun (bank only). Dana murah atau current account saving account (CASA) perseroan tercatat naik 20,26% menembus Rp 892,68 triliun.
Optimalisasi digital dan transformasi bisnis berkelanjutan Bank Mandiri, lanjut Rudi, telah mengalami pertumbuhan positif. Terlihat dari rasio CASA yang telah mencapai 78,08% per Februari 2023 secara bank only.
(wep)