Adapun sebanyak 323 saham mengalami penguatan terbaiknya, dan ada 241 saham melemah. Sedangkan 210 saham tidak bergerak.
Selain IHSG, indeks lain yang melaju di jalur hijau adalah TW Weighted Index (Taiwan), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), Kospi (Korea Selatan), dan Nikkei 225 (Tokyo), yang menguat masing-masing 0,85%, 0,41%, 0,37%, dan 0,16%.
Dengan pencapaian positif itu, IHSG mencatat kenaikan tertinggi nomor satu di Asia, dan juga di ASEAN, berdasarkan data Bloomberg, Kamis (20/6/2024) siang.
Penyebab IHSG Melesat
Sejumlah sektor saham menjadi penyebab IHSG melesat pada Sesi II siang hari ini. Sektoral saham keuangan, saham energi, dan saham infrastruktur mencatatkan penguatan paling ciamik, dengan masing-masing melesat mencapai 2,19%, 1,41% dan 1,31%.
Adapun saham-saham keuangan yang jadi pendorong penguatan IHSG ialah, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melonjak 3,65% dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga meroket 3,47%. Sama halnya, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga lompat hingga 3,31%.
Sentimen yang mewarnai laju indeks IHSG adalah hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia edisi Juni, yang mempertahankan BI-Rate di level 6,25%.
Seperti diketahui, BI mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Juni. Hasilnya sesuai ekspektasi, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat mempertahankan suku bunga acuan.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 19–20 Juni 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7%," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG di kantornya, Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Keputusan ini selaras dengan perkiraan pasar. Konsensus 19 Analis/Ekonom yang disurvei oleh Bloomberg menghasilkan median 6,25% untuk BI-Rate.
Dengan demikian, ini adalah langkah BI menahan BI-Rate di level saat ini untuk bulan ketiga berturut-turut.
Bank Indonesia juga memaparkan pertumbuhan kredit perbankan Mei 2024 yang berhasil tumbuh 12,15% secara tahunan (year-on-year/yoy). Hal ini didorong oleh pertumbuhan kredit di sebagian besar sektor ekonomi, terutama perdagangan industri dan jasa dunia usaha.
"Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didorong oleh kinerja korporasi dan rumah tangga yang baik," ujar Perry.
Ia menyebut, pertumbuhan penjualan dan belanja modal korporasi tetap positif, sehingga mendorong kebutuhan pembiayaan modal kerja dan investasi. Sementara itu, konsumsi rumah tangga tetap kuat, terutama kelas menengah dan kelas atas, seiring ekspektasi penghasilan yang meningkat.
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang kredit investasi, modal kerja dan konsumsi, yang masing-masing tumbuh 14,8%, 11,59%, dan 10,47% pada Mei 2024.
(fad)