Akemi Terukina - Bloomberg News
Bloomberg, Melonjaknya jumlah wisatawan mancanegara ke Jepang membuat pusing sebagian pihak. Di satu sisi, pemasukan dari sektor pariwisata sangat dibutuhkan, tetapi keramaian ini mulai dikeluhkan warga lokal.
Organisasi Pariwisata Nasional Jepang pada Rabu melaporkan, kedatangan wisatawan asing pada Mei lalu mencapai 3,04 juta orang. Angka ini naik 9,6% dibanding Mei 2019, dan menandai bulan ketiga berturut-turut dengan angka di atas 3 juta pengunjung. Melemahnya Yen menjadi salah satu pendorong derasnya arus wisatawan.
Meski banyak pebisnis yang meraup untung dari belanja wisatawan di Jepang yang populasinya menua dan menyusut, keramaian ini mulai membuat jengkel sebagian warga lokal. Mereka merasa terdesak di tempat wisata favorit, bahkan kesulitan naik transportasi umum untuk berangkat kerja.
Sebagai tanda terbaru dari meningkatnya reaksi negatif, walikota Himeji di Jepang bagian barat pada Minggu (16/06/2024) mengatakan ingin mengenakan biaya masuk enam kali lipat kepada wisatawan asing dibandingkan warga lokal untuk mengunjungi kastil berusia 400 tahun yang tersohor di kotanya. Menurut sang walikota, turis mancanegara harus membayar sekitar US$30 untuk mengunjungi Kastil Himeji yang masuk dalam daftar Warisan Dunia UNESCO, sementara warga lokal hanya perlu membayar sekitar US$5.
Gubernur Osaka, Hirofumi Yoshimura, dikabarkan oleh stasiun televisi FNN menyatakan dukungannya terhadap ide tersebut dan berniat menerapkan hal serupa di Kastil Osaka.
Wacana mengenai perbedaan harga tiket masuk muncul karena melemahnya Yen dan inflasi yang relatif rendah membuat Jepang menjadi destinasi wisata yang terjangkau bagi turis dari banyak belahan dunia. Praktik ini sudah lama menjadi hal yang umum di beberapa negara Asia dengan pendapatan per kapita yang lebih rendah - misalnya, turis asing harus membayar 20 kali lipat lebih mahal daripada warga India untuk memasuki Taj Mahal.
Masalah pariwisata yang berlebihan (overtourism) telah mendorong tindakan pembatasan di berbagai belahan dunia lainnya. Venesia menerapkan biaya baru untuk wisatawan harian pada bulan April, sementara Yunani berencana membatasi jumlah kapal pesiar yang mengunjungi pulau-pulau terpopulernya.
Beberapa komunitas di Jepang memilih kebijakan di luar strategi penetapan harga. Di Kyoto, wisatawan dilarang memasuki beberapa area di distrik Gion yang bersejarah. Bulan lalu, otoritas lokal di Fujikawaguchiko, yang terletak di kaki Gunung Fuji, memasang penghalang untuk mencegah wisatawan mengambil foto minimarket dengan latar belakang gunung tersebut - lokasi yang viral di media sosial.
Prefektur Yamanashi, salah satu dari dua prefektur yang menjadi wilayah Gunung Fuji, juga membatasi jumlah pendaki yang diizinkan untuk mendaki gunung tersebut pada musim panas ini. Ini dilakukan karena kekhawatiran akan kepadatan pengunjung, sampah, dan limbah. Hanya 4.000 orang per hari yang diizinkan menggunakan jalur paling populer, dengan biaya baru ¥2.000 yang dikenakan kepada setiap pendaki.
Jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi kastil Himeji - yang rampung dibangun pada 1609 dan merupakan salah satu dari sedikit "kastil asli" yang bertahan dari perang, gempa bumi, dan kebakaran - mencapai rekor 400.000 orang tahun lalu, atau sekitar 30% dari total pengunjung.
(bbn)