Asing juga menambah pembelian di pasar keuangan Korea Selatan. Di mana obligasi negeri Ginseng diburu sebesar US$110,6 juta pada 18 Juni lalu, berikut memborong saham sebesar US$273,5 juta pada 19 Juni.
Tidak berhenti di sana, asing juga belanja surat utang di bursa Thailand dengan nilai pembelian bersih mencapai US$63,9 juta pada 19 Juni. Global fund juga memborong saham di bursa Taiwan senilai US$1,39 miliar pada 19 Juni, menjadi nilai pembelian terbesar sejak pertengahan Mei lalu dan menggenapi reli net buy dalam enam hari berturut-turut.
Tekanan jual di pasar domestik pada hari ini, ketika Bank Indonesia dijadwalkan mengumumkan BI rate, terlihat masih besar di mana yield surat utang tenor di atas 2 tahun hingga 7 tahun terlihat naik.
Sementara rupiah makin terperosok menyentuh level terlemah baru di Rp16.421/US$ pada pukul 10:15 WIB. Adapun indeks saham masih bergerak positif meski terbatas ke 6.761,16.
Lelang sukuk sepi
Investor terlihat masih mewaspadai risiko fiskal Indonesia di bawah pemerintahan baru nanti sehingga berhati-hati masuk ke pasar.
Pada lelang sukuk kemarin, permintaan masuk anjlok lebih dari 30% menjadi hanya sebesar Rp16,34 triliun. Sementara pergerakan yield atau imbal hasil surat utang masih melanjutkan kenaikan untuk beberapa seri.
"Kejatuhan nilai permintaan dalam lelang sukuk adalah akibat faktor domestik, yaitu kekhawatiran terhadap arah kebijakan fiskal pemerintahan baru. Investor khawatir bahwa Prabowo mungkin akan mengabaikan kehati-hatian fiskal demi mengejar target pertumbuhan ekonomi 8%," kata Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Prayadi dan Analyst Nanda Rahmawati dalam catatannya, pagi hari ini, Kamis (20/6/2024).
Dalam lelang sukuk kemarin, seri tenor pendek SPNS tenor 6 bulan mencatat lonjakan imbal hasil hingga 20,38 bps menyentuh 6,59%, disusul oleh PBS030 (jatuh tempo 2023) yang naik 19,2 bps menjadi 6,81%. Lalu untuk seri PBS039 (jatuh tempo 2041) juga naik ke 7,03%, nyaris mendekati level tertinggi pada lelang 23 April kala rupiah ambles pasca Lebaran Idulfitri.
Adapun seri FR (SBN konvensional) juga memperlihatkan kekhawatiran yang serupa. Walau beberapa seri favorit seperti FR0100 yang bertenor 10Y dan FR0101 mencatatkan penurunan imbal hasil masing-masing 5 bps ke 7,12% dan 4 bps ke 7%, kurva imbal hasil tenor panjang sampai saat ini masih datar.
(rui/roy)