Logo Bloomberg Technoz

Rupiah agaknya tertekan sinyal yang keluar dari lelang sukuk negara (SBSN) kemarin yang mencatat penurunan permintaan dari investor hingga 37%. Investor pasar surat utang hanya membukukan permintaan (incoming bids) sebesar Rp16,34 triliun. Hal itu akhirnya membuat pemerintah memenangkan di bawah target, cuma Rp8,05 triliun.

Investor di pasar surat utang primer masih mewaspadai risiko kenaikan rasio utang pemerintahan baru kelak. 

"Kejatuhan nilai permintaan dalam lelang sukuk adalah akibat faktor domestik, yaitu kekhawatiran terhadap arah kebijakan fiskal pemerintahan baru. Investor khawatir bahwa Prabowo mungkin akan mengabaikan kehati-hatian fiskal demi mengejar target pertumbuhan ekonomi 8%," kata Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Prayadi dan Analyst Nanda Rahmawati dalam catatannya, pagi hari ini, Kamis (20/6/2024).

Di pasar sekunder, pergerakan yield juga masih naik di sebagian besar kurva. Untuk seri sukuk tenor pendek PBS038, misalnya, melompat 12 bps menyentuh 7,09%. Sedang PBSG001 bahkan imbal hasilnya naik 11 bps ke 6,58%.

Di pasar surat utang RI konvensional juga mencatat tren serupa. Walau beberapa seri favorit seperti FR0100 yang bertenor 10Y dan FR0101 mencatatkan penurunan imbal hasil masing-masing 5 bps ke 7,12% dan 4 bps ke 7%, kurva imbal hasil tenor panjang sampai saat ini masih datar.

Secara teknikal nilai rupiah sulit bangkit selama belum berhasil menembus Rp16.350/US$. Hari ini, rupiah bisa kembali menjebol Rp16.400/US$ bila tidak ada sentimen yang cukup kuat menopang. Bila level itu tertembus, ada titik support terkuat di Rp16.425/US$.

Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp16.340/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat menguat ke level Rp16.300/US$.

Apabila terjadi penguatan hingga di bawah Rp16.300/US$ dalam tren jangka menengah maka nilai rupiah berpotensi terus menguat hingga menuju Rp16.150/US$.

(rui)

No more pages