Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah sektor saham menjadi pemberat laju IHSG pada perdagangan Sesi II. Sektor saham konsumen non primer, saham transportasi, dan saham properti mencatatkan koreksi paling jeblok, dengan masing-masing drop mencapai 1,94%, 1,60% dan 1,51%.

Terkontraksinya IHSG yang begitu dalam merupakan efek secara langsung dari turunnya sejumlah saham Big Caps. Berikut diantaranya berdasarkan data Bloomberg, Rabu (19/6/2024).

  1. Bank Central Asia (BBCA) menekan 9,81 poin
  2. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menekan 8,68 poin
  3. GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) menekan 4,39 poin
  4. Adaro Energy Indonesia (ADRO) menekan 3,84 poin
  5. Barito Pacific (BRPT) menekan 3,17 poin
  6. Amman Mineral Internasional (AMMN) menekan 3,12 poin
  7. Mitra Adiperkasa (MAPI) menekan 2,11 poin
  8. Unilever Indonesia (UNVR) menekan 1,79 poin
  9. Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) menekan 1,74 poin
  10. Bumi Resources (BUMI) menekan 1,64 poin

Adapun saham-saham keuangan juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) drop 8,52% ke posisi Rp1.235/saham dan saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) juga terjebak di zona merah dengan drop 6,41% ke posisi Rp1.900/saham.

Senada, saham-saham energi turut menjadi pemberat, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) drop 8,65% ke posisi Rp2.640/saham, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) melemah 6% ke posisi Rp470/saham. PT Harum Energy Tbk (HRUM) terdepresiasi 4,52% ke posisi Rp1.055/saham.

Pergerakan IHSG tersebut tak searah dengan sentimen yang datang dari Badan Pusat Statistik merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Mei 2024. Lebih baik dari dugaan sebelumnya, ekspor berhasil tumbuh positif.

Pada Rabu, BPS memaparkan, nilai ekspor Indonesia pada Mei mencapai US$22,33 miliar. Menanjak 2,86% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). 

Neraca Perdagangan Mei 2024 (BPS)

Menariknya, ini juga membaik positif dibandingkan April kemarin yang tumbuh 1,72% yoy. Konsensus yang dihimpun Bloomberg memperkirakan ekspor Mei terkontraksi (tumbuh negatif) 1,2% yoy. 

Sementara dibandingkan April kemarin (month-to-month/mtm), nilai ekspor melonjak signifikan 13,82%.

Adapun impor Indonesia terjadi kontraksi pada Mei. BPS mengumumkan nilai impor RI pada Mei tercatat US$19,4 miliar. Terkontraksi (tumbuh negatif) 8,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Realisasi impor ini memburuk dibandingkan April yang masih tumbuh 4,62% yoy. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan terjadi kontraksi impor sebesar 10% yoy pada Mei. 

Secara bulanan (month-to-month/mtm), impor berhasil tumbuh 14,82%.

Dengan demikian, Neraca Perdagangan Indonesia pada Mei mengalami surplus US$2,93 miliar.

Neraca Perdagangan telah membukukan surplus selama 49 bulan beruntun. Kali Neraca Perdagangan mengalami defisit adalah pada April 2020 silam. Dalam 20 tahun, ini adalah rangkaian surplus terpanjang kedua.

(fad/wep)

No more pages