"Oh enggak-enggak belum [akan direvisi dalam waktu dekat]," tegasnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menegaskan impor komoditas TPT masih menggunakan syarat persetujuan teknis (pertek) dalam Permendag 8. Dengan demikian, Zulhas membantah badai PHK di industri TPT dipicu oleh derasnya banjir impor karena permendag ini.
"[Impor] tekstil masih [pakai] pertek. Jadi kalau [banyak pabrik] tekstil kita tutup jangan disalahkan Permendag 8; belum tentu. Karena TPT itu masih ada perteknya dari [Kementerian] Perindustrian," papar Zulhas.
"Kadang-kadang semangat kita tinggi untuk melindungi [industri] kita, tetapi kan teknologi enggak bisa dilawan juga," jels Zulhas.
Impor Pakaian Naik
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor pakaian dan aksesori menunjukkan tren peningkatan pada bulan-bulan menjelang hari raya keagamaan, terutama saat Lebaran. Fenomena ini terjadi baik pada tahun ini maupun tahun lalu.
"Secara kumulatif hingga Maret 2024; China, Vietnam, dan Bangladesh adalah tiga negara utama asal impor pakaian dan aksesori Indonesia," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah dalam Konferensi Pers Perkembangan Neraca Perdagangan Mei 2024, Rabu (19/6/2024).
Secara terperinci disebutkan, impor pakaian dan aksesori terbanyak berasal dari China, yakni mencapai 38,76%. Sisanya, dari Vietnam 13,99%, Bangladesh 10,36%, dan Turki 5,02%. Impor dari negara lain-lain sebanyak 31,86%.
Untuk komoditas aksesori, impor terbanyak berasal dari China, yakni 30,28%. Kemudian, dari Bangladesh 11%, Vietnam 8,91%, dan Hong Kong 8,57%. Sisanya negara lain-lain 41,24%.
Berdasarkan data BPS, nilai impor Indonesia pada Mei 2024 tercatat US$19,4 miliar atau tumbuh negatif 8,83% dibanding periode yang sama tahun lalu atau secara year on year (yoy). Realisasi impor memburuk dibandingkan dengan April yang tumbuh 4,62% yoy.
(prc/wdh)