Wijayanto Samirin, Ekonom Universitas Paramadina memaparkan sejumlah strategi yang perlu dilakukan pemerintah dan pemangku kepentingan untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Pertama, mengencangkan ikat pinggang fiskal," tegas Wijayanto kepada Bloomberg Technoz, dikutip Rabu (19/6/2024).
Dia mengatakan pemerintah perlu memangkas habis pengeluaran yang tidak esensial, seperti biaya pertemuan, seremonial, perjalanan, dan lainnya.
"SILPA (sisa lebih pembiayaan anggaran) yang saat ini diperkirakan mencapai Rp 600 triliun perlu dikurangi, misalnya ke level normal sebesar Rp 200 triliun, apalagi SILPA dibiayai utang," ujar Wijayanto.
Kedua, menurut dia, pemerintah perlu melakukan terobosan kebijakan untuk memastikan keberlanjutan fiskal dengan merasionalisasi program yang boros anggaran, tetapi tidak mendatangkan manfaat ekonomi besar.
Menurut dia, dua program yang menjadi sorotan para investor adalah Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Program Makan Gratis yang akan dijalankan pemerintahan baru.
"Kepercayaan terhadap rupiah akan terbangun jika pemerintah terpilih menyatakan akan merevisi rencana IKN, menyesuaikan kondisi fiskal, dan menjalankan Program Makan Gratis secara bertahap, menyesuaikan kondisi fiskal," kata Wijayanto.
Ketiga, lanjut dia, pemerintah perlu merevisi kebijakan lalu lintas devisa jika kondisi memungkinkan. Devisa Hasil Ekspor (DHE) sumber daya alam, wajib diparkir di Indonesia untuk jangka yang lebih lama. Saat ini 30% DHE wajib tinggal di Indonesia selama tiga bulan. Proporsinya perlu ditingkatkan, misalnya 50%, dengan periode yang lebih lama, misalnya 6 atau 12 bulan.
Keempat, dalam jangka menengah dan panjang, pemerintah perlu mendorong pertumbuhan sektor manufaktur dan ekonomi formal. Pasalnya, kedua sektor ini merupakan kunci sukses peningkatan rasio pajak atau tax ratio, serta kunci penguatan fiskal.
Terakhir, baik pemerintahan saat ini maupun tim ekonomi pemerintahan baru yang akan dipimpin Presiden Terpilih Prabowo Subianto sebaiknya memperbaiki strategi komunikasi. Menurut dia, kedua pihak perlu menghindari mengeluarkan pernyataan yang tidak berdasar yang berpotensi mengguncang pasar keuangan.
"Perlu ditunjuk jubir (juru bicara) yang mempunyai kredibilitas, menguasai substansi dan paham psikologi pasar," kata dia.
Rupiah spot dibuka menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (19/6/2024), meninggalkan zona Rp16.400-an/US$, usai libur akhir pekan yang panjang memperingati Hari Raya Iduladha.
Penguatan rupiah di awal perdagangan pagi ini sejalan dengan sentimen pasar global yang membaik dan memberi ruang penguatan pada mata uang emerging market Asia.
Rupiah menguat 0,11% menyentuh Rp16.394/US$ pada menit kedelapan pembukaan pasar spot. Penguatan rupiah bersama dengan peso Filipina yang naik tipis 0,05%. Won Korea memimpin penguatan 0,17% pagi ini, disusul oleh ringgit Malaysia yang juga menguat 0,11%, disusul juga oleh rupee India yang naik nilainya 0,17%.
Sejauh ini, baru baht Thailand yang melemah 0,09%, lalu yuan Tiongkok dan offshore juga masih tertekan di kisaran terbatas serta dolar Hong Kong.
Hari ini, pasar domestik menanti rilis data neraca perdagangan Indonesia untuk bulan Mei yang akan membeberkan kinerja ekspor dan impor terbaru Indonesia. Bank Indonesia juga memulai dua hari Rapat Dewan Gubernur hari ini hingga esok yang akan mengumumkan tingkat bunga kebijakan BI rate.
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi bangkit hari ini dengan target resistance terdekat pada level Rp16.370/US$, resistance potensial selanjutnya menuju Rp16.350/US$. Terdapat juga Rp16.300/US$ sebagai level paling optimis penguatan rupiah dengan time frame daily.
Sementara itu, bila tekanan masih besar, rupiah memiliki level support psikologis di Rp16.410/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya ke Rp16.440/US$, dan Rp16.450/US$ yang makin menjauhi MA-50, dan MA-100.
(lav)