Bloomberg Technoz, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor pakaian dan aksesori menunjukkan tren peningkatan pada bulan-bulan menjelang hari raya keagamaan, terutama saat Lebaran. Fenomena ini terjadi baik pada tahun ini maupun tahun lalu.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan tren peningkatan nilai impor pakaian dan aksesori ini mengantisipasi peningkatan permintaan komoditas pakaian mendekati Lebaran.
"Secara kumulatif hingga Maret 2024, China, Vietnam, dan Bangladesh adalah tiga negara utama asal impor pakaian dan aksesori Indonesia," kata Habibullah dalam Konferensi Pers Perkembangan Neraca Perdagangan Mei 2024, Rabu (19/6/2024).
Secara rinci disebutkan, impor pakaian dan aksesori terbanyak berasal dari China, yakni mencapai 38,76%. Sisanya, dari Vietnam 13,99%, Bangladesh 10,36%, dan Turki 5,02%. Impor dari negara lain-lain sebanyak 31,86%.
Untuk komoditas aksesori, impor terbanyak berasal dari China, yakni 30,28%. Kemudian, dari Bangladesh 11%, Vietnam 8,91%, dan Hong Kong 8,57%. Sisanya negara lain-lain 41,24%.
Berdasarkan data BPS, nilai impor Indonesia pada Mei 2024 tercatat US$19,4 miliar atau tumbuh negatif 8,83% dibanding periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Realisasi impor memburuk dibandingkan April yang tumbuh 4,62% yoy.
Di sisi lain, nilai ekspor tercatat sebesar US$ 22,33 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Mei membukukan surplus US$ 2,93 miliar. Meski masih surplus, tetapi lebih rendah ketimbang April yang senilai US$ 3,56 miliar.
Neraca perdagangan Indonesia sudah mengalami surplus 49 bulan tanpa putus. Meski surplus terjadi selama lebih dari 4 tahun, tetapi ini bukan rekor terpanjang. Surplus terpanjang pernah terjadi 152 bulan berturut-turut pada Juni 1995-April 2008.
(lav)