Logo Bloomberg Technoz

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah menyebut nilai ekspor Indonesia pada Mei sebesar US$22,33 miliar. Naik 2,86 % dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan ekspor Mei terkontraksi (tumbuh negatif) 1,2% yoy. Pencapaian Mei juga membaik dibandingkan April yang masih tumbuh 1,72% yoy. Sementara dibandingkan April (month-to-month/mtm), nilai ekspor Indonesia masih naik 13,82%.

"Pada Mei, harga komoditas logam dan mineral mengalami peningkatan sementara harga komoditas pertanian dan energi mengalami penurunan. Rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang Mei menguat dibandingkan bulan sebelumnya. PMI manufaktur negara mitra dagang utama masih berada di zona ekspansif," kata Habibullah dalam jumpa pers di kantornya siang hari ini.

Sementara kinerja impor Indonesia pada Mei tercatat sebesar US$19,4 miliar. Itu artinya terjadi penurunan atau kontraksi -8,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Realisasi impor memburuk dibandingkan April yang masih tumbuh 4,62% yoy. Penurunan impor Indonesia pada Mei itu lebih kecil angkanya dibandingkan perkiraan pasar.

Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan terjadi kontraksi impor sebesar 10% pada Mei. Sementara secara bulanan, impor RI tumbuh 14,82% dibanding April. 

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Mei membukukan surplus US$2,93 miliar. Meski masih surplus, tetapi angka itu lebih rendah ketimbang April yang senilai US$3,56 miliar. 

Nilai surplus neraca dagang pada Mei itu tidak terlalu berbeda dengan prediksi pasar yang memperkirakan nilai surplus juga menurun menjadi sebesar US$2,95 miliar.

-- dengan bantuan laporan Azzura Yumna.

(rui)

No more pages