"Kami benar-benar tidak tahu apa yang dia bicarakan," kata Sekretaris Pers Karine Jean-Pierre kepada wartawan.
"Kami benar-benar tidak tahu."
Pemerintahan Biden semakin kritis terhadap serangan Israel di Jalur Gaza untuk membasmi Hamas, kelompok yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS dan Uni Eropa yang membunuh lebih dari 1.200 orang Israel dan menculik lebih dari 250 orang pada 7 Oktober, memicu perang yang saat ini sedang berlangsung.
Lebih dari 37.000 orang Palestina telah terbunuh, menurut kementerian kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, yang tidak membedakan antara kombatan dan warga sipil.
Give us the tools and we'll finish the job. pic.twitter.com/eQHpyd9q0X
— Benjamin Netanyahu - בנימין נתניהו (@netanyahu) June 18, 2024
Biden memang menahan pengiriman bom seberat 2.000 pon untuk menyampaikan rasa frustrasinya dan mengatakan bulan lalu bahwa dia akan menghentikan pengiriman senjata ofensif tambahan jika negara tersebut melancarkan invasi darat besar-besaran ke Rafah.
Tank-tank Israel dilaporkan telah mencapai pusat kota tersebut pada 28 Mei, dalam operasi yang disebut militer sebagai serangkaian operasi terbatas dan presisi.
Blinken mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa bahwa selain dari satu pengiriman tersebut, “semua yang lain berjalan seperti biasanya.”
Netanyahu tidak merinci senjata atau amunisi mana yang diduga telah ditahan oleh AS, sebagai pemasok senjata terbesar Israel. Pemimpin Israel tersebut menambahkan bahwa Blinken meyakinkannya bahwa pemerintahan AS bekerja "siang dan malam" untuk menghilangkan hambatan. Pihak Netanyahu tidak menanggapi pertanyaan lanjutan.
Netanyahu, yang dijadwalkan untuk berbicara di Kongres AS pada akhir Juli, mengutip permintaan Perang Dunia II dari Perdana Menteri Inggris Winston Churchill.
“Churchill mengatakan kepada Amerika Serikat: 'Berikan kami alat, kami akan menyelesaikan pekerjaan,'” kata Netanyahu.
“Dan saya katakan, berikan kami alat dan kami akan menyelesaikan pekerjaan ini jauh lebih cepat.”
Senator Demokrat Chris Van Hollen dari Maryland, yang telah mendesak penghentian sementara transfer senjata ofensif ke Israel sampai negara tersebut setuju dengan ketentuan penggunaannya, mencemooh dalam sebuah wawancara pada hari Selasa bahwa “Netanyahu ingin datang ke sini dan berpura-pura dia adalah Winston Churchill dan dia bukan Winston Churchill.”
Para pejabat AS secara pribadi mengatakan bahwa Israel memiliki cukup senjata untuk kampanye di Rafah, serta persediaan tambahan jika konflik di utara dengan Hezbollah meningkat.
Dua anggota Demokrat penting di Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat menyetujui penjualan senjata besar-besaran ke Israel, termasuk 50 jet tempur F-15 yang bernilai lebih dari US$18 miliar, setelah mendapat tekanan dari Gedung Putih dan pendukung pro-Israel, lapor Washington Post pada hari Selasa.
(bbn)