Struktur jaringan kami cukup kuat, kami punya backbone yang cukup kuat dan jaringan akses. Dan juga kami pada tahun sebelum pandemi, kami sudah mengembangkan jaringan fiber to the home sehingga bisa mengcover home ritel, kami juga punya jaringan untuk mengcover customer korporasi. Selama pandemi khususnya home ritel itu bertumbuh cukup pesat. Karena semuanya diwajibkan work from home (WFH), semua orang aktivitas kerja dari rumah sehingga butuh internet. Pertumbuhan home ritel saat itu, pertumbuhannya cukup signifikan, data historikal pertumbuhan pada masa pandemi sekitar 30-40% per tahun.
Moratelindo ada perubahan manajemen di pucuk pimpinan, apakah ada perubahan target kinerja keuangan Moratelindo di bawah nahkoda baru?
Untuk target keuangan tahun ini, kami tetapkan di single digit dari sisi pendapatan sampai ke laba bersih sesuai dengan rata-rata industri. Untuk pelanggan home ritel kami fokus terhadap kota-kota yang kami sudah beroperasi. Pada 2021, kami sudah banyak ekspansi di kota-kota di luar jawa, seperti Medan, Pangkal Pinang, Palembang, dan lain-lain. Untuk Jawa kami sudah ada di Jabodetabek, Bandung, Semarang. Kemudian di Bali, Labuan Bajo dan Kupang kami baru masuk. Tahun ini kami akan fokus ke kota-kota yang sudah kami masuki.
Kriteria untuk ekspansi ke kota baru dalam produk home ritel seperti apa pak?
Kriteria untuk masuk ke kota baru adalah jaringan backbone kami sudah masuk ke sana dan secara SLA (service level agreement) sudah cukup baik. Karena kami menganut sistem kehati-hatian dalam berinvestasi. Untuk lokasi baru kami juga fokus ke perumahan atau cluster.
Selain infrastruktur telekomunikasi, Moratelindo juga memiliki bisnis konstruksi, data center, dan layanan internet. Bagaimana pengembangan bisnis ini pada tahun ini dan ke depannya?
Lini bisnis kami sebenarnya masih sama, kami tidak ada rencana untuk lari ke lini bisnis lainnya. Kami tetap fokus di backbone, akses, data center, infrastruktur fiber optic dan juga VSAT. Untuk data center kami sudah ada di 6 kota, yakni Jakarta, Bali, Surabaya, Medan, Batam dan Palembang. Saat ini kami sedang memaksimalkan availability collocation yang masih tersedia. Untuk cloud server kami punya produk sendiri yang kami kembangkan di internal. Ini kami jual bundling dengan produk bandwidth kami.
Satelit internet menjadi salah satu bisnis internet masa depan Bagaimana Moratelindo melihat hal ini?
Untuk satelit pada September 2021, kami sudah mengakuisisi anak usaha yang bergerak di bidang VSAT. Jadi produk kami juga bisa memberikan akses internet ke daerah-daerah yang belum terjangkau fiber optik, contohnya di daerah timur, seperti Papua dan Maluku.
Bagaimana update dari perusahaan patungan (Joint Venture) Moratelindo dengan perusahaan investasi asal Jepang, Mitsui & Co Ltd?
Itu masih dalam tahap pembahasan, karena itu baru level MoU. Selanjutnya kami melakukan pembahasan mengenai strategi-strategi dan skema bisnis apa yang akan dilakukan.
Menurut Anda bagaimana cara mempertahankan pasar di tengah persaingan yang ada?
Sebenarnya untuk Moratelindo telah memiliki infrastruktur yang kuat. Pertama, kami punya backbone. Dalam perjalanan Moratelindo, kami lebih banyak jual backbone, misal jaringan kabel antar kota. Pada 2017 kami mulai masuk ke segmen ritel yakni dengan menyasar korporasi.
Kenapa? karena kami sudah membangun jaringan dari Jawa - Sumatera sampai redundancy juga. Jalur jaringan kami redundancy sehingga kami bisa menjaga SLA (service level agreement) kami agar customer bisa menikmati layanan kami tanpa putus.
Kami juga punya akses langsung ke internasional melalui anak usaha kami, Moratelindo Internasional sehingga jaringan ini bisa kami bawa ke Indonesia dan deliver ke pelanggan kami. Itulah yang membuat kualitas internet kami menjadi baik. Hal ini tercermin dari survey Steam pada 2020 bahwa Oxygen.id Homecare, produk home ritel Moratelindo memiliki kecepatan nomor 1 dengan rata-rata kecepatan download 40Mbps.
(hps/adv)