Aset Kripto lain seperti Dogecoin, Solana, dan Ether juga searah Bitcoin yang mengalami kerugian yang lebih berat.
Mengutip data CoinMarketcap, top market caps aset kripto kompak melemah. Adapun yang paling anjlok terjadi pada Dogecoin DOGE milik Elon Musk dengan kehilangan 8,94% dalam 24 jam, dan ambles 13,43% hanya dalam sepekan perdagangan menuju harga US$0,1224.
Solana SOL ada di posisi kedua pada deretan aset kripto paling jatuh, adapun pelemahannya mencapai 5,24%, dan secara sepekan ambruk 10,28% pada harga US$138,31.
Saat tulisan ini dibuat, Bitcoin tengah parkir pada level US$65.710 dengan melaju di zona merah dalam 24 jam, melemah 0,98%. Kapitalisasi pasar Bitcoin juga berguguran ke kisaran US$1,29 triliun.
Panji menyebut, keputusan terbaru para penambang untuk melepaskan kepemilikan mereka berkaitan dengan penurunan pendapatan setelah peristiwa Halving. Dengan menurunnya biaya transaksi dan tetap tingginya Hashrate jaringan, pendapatan penambang terus mengalami penurunan selama beberapa bulan.
“Namun, berdasarkan pola historis, pendapatan rendah yang berkelanjutan dan Hashrate yang tinggi dapat mengindikasikan potensi titik terendah pasar. Hal ini menunjukkan bahwa pasar Bitcoin mungkin sedang mencapai stabilitas atau bersiap untuk kembali melanjutkan momentum Bullish-nya,” tambahnya.
Secara teknikal, Panji menganalisis, dalam tiga hari Bitcoin belum mampu bergerak melampaui MA-100 dengan beberapa kali sempat turun ke level US$65.000. Pada Selasa (18/6/2024) pukul 16.45 WIB, Bitcoin bertengger di level US$65.710.
Saat ini, Bitcoin masih bergerak dalam pola cup and handle dan jika dapat rebound maka potensi untuk kembali menguat dengan target terdekat ke MA-20 di US$68.200.
Sementara, apabila jika terjadi breakdown di bawah US$65.000, maka potensi lanjut melemah menuju ke area support di US$64.000 dan support selanjutnya berada di US$60.000.
Sentimen Aset Kripto Pekan ini
Sentimen untuk Altcoin minggu ini dimulai dengan laporan Penjualan Ritel pada Mei akan dirilis, memberikan informasi terbaru mengenai Parameter Belanja Konsumen pada barang-barang tahan lama dan tidak tahan lama, yang membantu mengukur kesehatan perekonomian, kebiasaan belanja konsumen, dan tekanan inflasi dari sisi permintaan.
Lebih lanjut Panji menambahkan, laporan Produksi Industri AS (Industrial Production) dan juga Produksi Manufaktur (Manufacturing Production) akan dirilis pada hari yang sama, nanti malam waktu Indonesia 18 Juni, namun begitu hal ini berdampak kecil pada pasar dan aktivitas perdagangan yang lebih luas.
“Laporan PMI Manufaktur Global S&P Juni akan dirilis pada Jumat (21/6/2024). Data ini menangkap kondisi bisnis di sektor manufaktur, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap total PDB dan dianggap sebagai indikator penting kondisi bisnis dan iklim perekonomian secara keseluruhan di AS,” pungkas Panji.
(fad)