Level rupiah offshore itu belum terlalu jauh dari posisi penutupan rupiah spot Jumat pekan lalu di Rp16.412/US$.
Pergerakan rupiah offshore itu memberi sinyal penguatan bila pasar spot domestik hari ini dibuka. Harap dicatat, hari ini hanya pasar modal Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, India dan Thailand yang terpantau masih tutup. Di luar itu, pasar modal buka seperti biasa.
Beberapa mata uang regional Asia bergerak menguat seperti ringgit Malaysia yang menguat tipis 0,09%, lalu won Korea 0,06%, dong Vietnam 0,01%, yuan China menguat 0,01%, dolar Hong Kong menguat 0,02%. Sedangkan peso Filipina masih tertekan 0,04%, dolar Singapura 0,03% juga yuan offshore yang masih melemah 0,03%.
Adapun bursa saham Asia sebagian besar bergerak menguat. Nikkei Jepang menguat 1,05%, Hang Seng juga naik 0,73%, Shanghai 0,35%, Kospi Korea naik 0,83%, Taiwan Taipex naik 1,06%, bursa saham Malaysia juga menguat 0,33%. Namun, bursa Filipina melemah 0,6%.
Sinyal The Fed
Setelah ditutup melemah tadi malam, indeks dolar AS pagi ini di pembukaan pasar Asia bergerak menguat lagi terungkit pernyataan pejabat Federal Reserve (The Fed) yang cenderung hawkish.
Gubernur The Fed Philadelphia Patrick Harker dalam sebuah forum menyatakan, penurunan bunga acuan The Fed satu kali tahun ini adalah hal tepat untuk dilakukan berdasarkan perkiraan saat ini. Ia juga menilai perlu untuk melihat beberapa bulan lagi untuk memastikan jalur inflasi telah bergerak ke penurunan yang meyakinkan.
Data inflasi baru-baru ini, menurut Harker, adalah kabar sangat baik akan tetapi The Fed masih perlu mendapatkan lebih banyak bukti lebih banyak bahwa inflasi sudah bergerak ke sasaran target 2%. Harker bilang, ia terbuka pada pilihan kebijakan lain di mana hal itu tergantung pada data-data selanjutnya.
"Dalam pandangan saya, hal ini memerlukan pendekatan yang hati-hati. Jika dalam beberapa bulan kita mulai melihat data bergerak ke arah yang benar, saya mungkin akan mengambil tindakan. Namun, saat ini saya tidak ada di titik itu," kata Harker dilansir dari Bloomberg, Selasa (18/6/2024).
Menurut Harker, bila semua sesuai perkiraan, satu kali penurunan bunga acuan adalah hal yang tepat dilakukan oleh The Fed akhir tahun ini. "Memang, saya melihat dua kali pemotongan atau tidak sama sekali di mana untuk tahun ini sangat mungkin terjadi bila data-data jelek. Jadi, sekali lagi kami akan tetap bergantung pada data," kata Harker tidak termasuk dalam anggota FOMC yang memberikan suara tahun ini.
Indeks dolar AS bergerak kembali kuat pagi ini ke 105,40. Sementara yield Treasury, surat utang AS, kembali bangkit tipis di semua kurva, di mana tenor 10Y naik 4,4 bps ke 4,265%. Tenor pendek 2Y naik 4,6 bps ke 4,750%.
Di pasar swap, para pelaku pasar masih bertaruh The Fed akan memangkas bunga acuan dua kali tahun ini. Namun, probabilitas penurunan 25 bps pada September kini mencapai 57,5%, turun dibanding Senin kemarin yang sempat mencapai 62%. Sedangkan probabilitas penurunan pada November mencapai 50,4%. Pada Desember, probabilitas terbesar adalah untuk penurunan kedua mencapai 43,9%.
Dana asing pergi ke India, Malaysia
Para pemodal asing banyak melepas kepemilikan surat utang rupiah mereka ketika sentimen pasar global memburuk ditambah kekhawatiran akan masa depan fiskal Indonesia di bawah pemerintahan baru Prabowo Subianto yang akan diresmikan Oktober nanti.
Para pemodal asing tercatat menjual surat utang RI (SBN) sebesar US$49,6 juta atau sekitar Rp812,15 miliar dengan kurs saat ini, pada 12 Juni lalu, mengacu pada data yang dilansir oleh Kementerian Keuangan terakhir.
Nilai penjualan SBN oleh investor asing itu menjadi yang terbesar sejak 15 Mei, berdasarkan data historis yang dikompilasi oleh Bloomberg.
Sementara pada 14 Juni atau Jumat pekan lalu ketika tekanan memuncak, asing juga mencatat penjualan bersih di saham sebesar US$44,4 juta, sekitar Rp727 miliar, ketika IHSG menjebol level psikologis terlemah dalam delapan bulan di 6.734,83 pada Jumat.
Sedangkan imbal hasil SBN juga melesat tinggi tertekan aksi jual di mana SBN acuan 10 tahun saat ini sudah menyentuh 7,200%, naik 16 bps dalam sehari. SBN tenor 5Y naik 13,4 bps menyentuh 7,042%.
Dana para pemodal global yang hengkang dari pasar Indonesia itu beralih memburu saham dan obligasi di negara Asia lain seperti India, Malaysia, Taiwan serta Korea Selatan.
Mengacu data Bloomberg, pada 13 Juni lalu, pemodal asing memborong obligasi negara pemerintah India senilai US$114,8 juta, sekitar Rp1,87 triliun dengan kurs dolar AS saat ini.
Asing juga berburu saham dari bursa India dengan nilai pembelian bersih mencapai US$331,6 juta pada tanggal yang sama. Ini menjadi reli pembelian oleh asing di saham-saham India dalam lima hari berturut-turut.
Pemodal asing juga memborong saham di bursa Malaysia pada 13 Juni lalu senilai US$41,9 juta. Serta berburu saham di Taiwan dengan nilai fantastis mencapai US$711,5 juta.
(rui)