“Saya belum yakin apa dampak tehadap harga yang akan terjadi,” kata dia. “Tapi yang jelas, itu tidak positif untuk pertumbuhan global, dan menambah ketidakpastian dan beban di saat inflasi sudah tinggi.”
Langkah OPEC+ itu pun dapat memperumit tugas bank-bank sentral di dunia mendorong inflasi lebih tinggi, sekaligus meredam pertumbuhan.
Inflasi di AS telah menurun secara berarti sejak puncaknya sebesar 9,1% pada tahun ini hingga Juni lalu, dan turun menjadi 6% pada Februari, sebagaimana diukur dengan indeks harga konsumen (CPI).
Dalam survei Bloomberg yang dilaksanakan 20-27 Maret, para ekonom memproyeksikan ekonomi AS akan tumbuh sebesar 1% tahun ini, dibandingkan dengan 2,1% pada 2022. Responden memperkirakan kemungkinan resesi AS dalam 12 bulan ke depan sebesar 65%.
Sementara itu, Yellen menolak anggapan bahwa kenaikan harga minyak akan memaksa AS dan sekutunya untuk menyesuaikan batas harga mereka pada minyak Rusia yang menggunakan layanan maritim dari negara-negara Barat, yang sebesar US$ 60 per barel.
“Saya tidak tahu apakah ini cukup signifikan berdampak pada tingkat batas harga yang sesuai,” katanya. “Tentu saja, itu adalah sesuatu yang dapat diubah jika kami telah memutuskan bahwa itu pantas untuk ditinjau kembali, tetapi saya tidak melihat bahwa itu pantas dilakukan untuk sekarang.”
(bbn)