China Coast Guard mengatakan kapal pasokan Filipina "secara sengaja bertabrakan" dengan kapal-kapal China dan mengambil "tindakan pengendalian" seperti peringatan dan penyergapan, pemeriksaan dan pemeriksaan, serta pengusiran paksa terhadap kapal-kapal Filipina "sesuai dengan hukum."
Tindakan China "menyebabkan cedera fisik, merusak kapal-kapal Filipina, dan menghalangi operasi maritim yang sah," kata Duta Besar AS untuk Filipina MaryKay Carlson dalam sebuah posting di X.
Departemen Luar Negeri mengutuk "tindakan eskalatoris dan tidak bertanggung jawab" China. Mereka juga mengkonfirmasi kembali bahwa perjanjian pertahanan tahun 1951 antara Washington dengan Manila berlaku untuk serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata dan penjaga pantai Filipina di mana pun di Laut China Selatan.
Kapal-kapal dari kedua negara semakin sering bentrok di Laut China Selatan dalam setahun terakhir ketika Manila, di bawah Presiden Ferdinand Marcos Jr., menolak klaim luas Beijing atas jalur air yang kaya akan sumber daya tersebut.
"Masyarakat Indonesia di Laut China Barat akan menolak perilaku berbahaya dan ceroboh China," kata Menteri Pertahanan Gilberto Teodoro dalam sebuah pernyataan, menggunakan nama Manila untuk perairan yang berada dalam zona ekonomi eksklusifnya.
Di tengah ketegangan yang meningkat dengan China, pemerintahan Marcos telah memperkuat hubungan keamanan dengan AS, Jepang, dan negara-negara lainnya.
Filipina, AS, Jepang, dan Kanada melakukan kegiatan kerjasama maritim pada hari Minggu dan Senin di zona ekonomi eksklusif Manila dalam upaya untuk menjaga kebebasan navigasi dan memperkuat komitmen untuk memperkuat keamanan dan stabilitas regional, demikian disampaikan oleh Armada Pasifik AS dalam sebuah pernyataan.
(bbn)