Di pasar Asia, valuta regional mayoritas melemah di mana won Korea tergerus 0,1%, baht Thailand 0,28%, dong Vietnam turun 0,02%, peso Filipina melemah 0,03%.
Sementara di pasar offshore, kontrak forward (NDF) rupiah 1 minggu maupun NDF-1 bulan bergerak masing-masing di kisaran Rp16.449/US$ dan Rp16.471/US$ pagi ini setelah Jumat kemarin ditutup menyentuh Rp16.505/US$ di bursa New York.
Level pergerakan rupiah di pasar offshore itu lebih lemah dibanding posisi penutupan rupiah spot di Rp16.412/US$. Sinyal dari pasar offshore ditambah tekanan yang berlangsung di pasar regional secara umum pagi ini memperlihatkan rupiah kemungkinan akan semakin lemah hari ini apabila pasar buka.
Sementara dari bursa saham, indeks saham di Asia pagi ini mayoritas juga merah alias tertekan aksi jual. Nikkei Jepang tergerus 1,82%, indeks saham Shanghai juga melemah 0,51%, Kospi Korea juga anjlok 0,35%, kemudian bursa saham Thailand juga melemah 0,6%.
Indeks saham Asia Bloomberg tergerus 1,54%, begitu juga MSCI Asia Pasifik yang melemah 0,2%. Sedangkan beberapa indeks saham masih bertahan seperti Hang Seng Hong Kong yang menguat 0,5%, bursa saham Vietnam juga masih menguat 0,21%. Begitu juga Shenzen China juga menguat 0,51%.
Berkaca dari long weekend sebelumnya di mana rupiah 'tertinggal' dari pelemahan regional, ketika kelak pasar dibuka rupiah dan bursa saham serta surat utang biasanya akan 'mengejar ketertinggalan' pelemahan yang lebih dulu terjadi emerging market lain di Asia, bahkan ketika aset-aset di bursa lain sudah mulai bangkit lagi.
Ini menjadi alarm bagi para investor dan pelaku pasar ketika bursa kembali dibuka pada Rabu (19/6/2024), nanti. Besar kemungkinan rupiah dan pergerakan aset-aset lain apakah itu saham maupun surat utang, akan terseret melemah.
(rui)