Logo Bloomberg Technoz

Kinerja Manufaktur Indonesia Tertinggi Nomor Dua di Asia

Krizia Putri Kinanti
05 April 2023 09:29

Kapal Kargo Logistik (Dok Freepik)
Kapal Kargo Logistik (Dok Freepik)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sektor manufaktur Indonesia secara konsisten mengalami ekspansi di sepanjang Triwulan-I 2023. Berdasarkan Indikator Purchasing Managers’ Index (PMI), Manufaktur nasional menguat kembali ke level 51,9 pada Maret 2023, dari catatan bulan sebelumnya 51,2.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, hal ini terjadi karena permintaan domestik terindikasi terus mengalami peningkatan dan menopang aktivitas produksi manufaktur, saat permintaan ekspor masih relatif rendah. Selain itu, kata dia, dalam dua bulan terakhir, telah terjadi perbaikan distribusi dan logistik yang juga menstimulus aktivitas produksi di dalam negeri.
 
“Industri manufaktur yang terus ekspansif ini mencerminkan tetap kuatnya perekonomian kita di tengah perekonomian global yang masih dibanyangi oleh tren perlambatan dan ketidakpastian. Selain itu, menguatnya indeks PMI Manufaktur ini juga mengindikasikan optimisme para pelaku usaha dalam melihat potensi perekonomian domestik dalam jangka pendek,” ujar Febrio dikutip dari siaran resmi, Rabu (5/4/2023).

PMI manufaktur Indonesia sampai dengan Maret 2023. (Sumber: S&P Global)


 
Indonesia dan India merupakan dua dari sedikit negara Asia yang mengalami tren peningkatan PMI Manufaktur. PMI India tercatat pada level 56,4 dari sebelumnya 55,3 pada Februari lalu. Meskipun melambat, Thailand dan Filipina masih berada di zona ekspansif, masing-masing pada level 53,1 dan 52,5.

Sementara itu, Vietnam (47,7) dan Malaysia (48,8) mengalami kontraksi, demikian juga dengan Jepang (49,2) dan Korea (47,6) yang masih terus berada di zona kontraksi di sepanjang triwulan pertama. Perekonomian terbesar di Asia, PMI Tiongkok pun relatif stagnan di level 50,0.
 
Sementara itu, memasuki periode Ramadan 2023, inflasi dapat terkendali dengan baik. Laju inflasi Maret 2023 tercatat hanya mencapai 4,97% (yoy) atau turun cukup signifikan dari Februari yang tercatat sebesar 5,47% (yoy). Menurut Febrio, pemerintah berhasil mengendalikan harga pangan sehingga tak terjadi inflasi tajam jelang perayaan Idul Fitrii 1444 H.

Peran Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga sangat krusial, terutama dalam memastikan kecukupan dan ketersediaan pasokan berbagai bahan pangan pokok. Inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) mampu diturunkan secara signifikan dari sebelumnya 7,62% (yoy) pada bulan lalu, menjadi 5,83% (yoy) pada Maret 2023. Meskipun demikian, secara bulan ke bulan, terjadi sedikit kenaikan harga pada beberapa komoditas pangan menjelang Ramadan seiring naiknya permintaan. Harga beras juga diharapkan akan melandai seiring masuknya periode panen raya yang mulai berlangsung sejak awal Maret lalu.
 
Selain dari sisi pangan, perlambatan inflasi secara umum juga didorong oleh melambatnya komponen inflasi inti, yaitu sebesar 2,94% (yoy), lebih rendah dari inflasi inti Februari (3,09%). Perlambatan terjadi hampir di semua kelompok barang dan jasa seiring menurunnya tekanan harga komoditas global.